Rabu, 04 Januari 2017

Masih Menunggunya




agi itu matahari bersinar cerah secerah hatimu kawan, kau tidak pernah tahu bagaimana akan kau selesaikan hari ini apakah kau akan tersenyum menutup hari ini, atau mungkin kau malah menangis?. Akupun sama tidak tahunya tentang itu. Yang aku tahu aku akan melakukan hal yang baik yang akan membuatku tersenyum pada hari ini. 
"Ella, cepat sana mandi, nanti kau terlambat sekolah" aku membangunkan ella untuk segera mandi."Iya ra..." tanpa menunggu, ella pun langsung melompat dari dipan dan menuju ke kamar mandi. Ella adalah teman baik ku, tapi dia adik kelasku, umur kita sama, itu karena memang dulu aku ingin sekolah SD langsung setelah ku selesaikan pendidikanku di TK (taman kanak-kanak). Ella kelas VII SMP sedangkan aku kelas VIII SMP. Kami tinggal di asrama, kami juga bertemu diasrama. Kami akrab karena setelah saling tahu rumah kami ternyata 1 kecamatan, ya walaupun kecamatan itu luas tapi kami itu tetangga desa. Rumah Ella tepat ada di perbatasan desa, dan rumahku pun begitu jadi kami bertetangga tapi berbeda desa. Tapi aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengenal Ella. Ya wajar saja karena memang sejak kecik aku sudah bersekolah di luarkota.

"Ayo berangkat, ra" ella mengajakku 
"Ayo... eh tapi kita minta uang saku dulu ya, nanti kelasku ada iuran wajib"
"Iya deh iya, sekalian aku juga mau minta untuk beli makanan". Entah akan ada apa,  Ella pagi ini sudah senyum- senyum seperti orang yang sudah tak sadarkan diri. Kami berjalan menuju sekolah tidak jauh jaraknya sekitar 30meter dan ditempuh dalam waktu 7menit dari asrama. Kelas Ella tepat ada disamping kelasku. Kami sampai di sekolah dan saling bersalaman untuk masuk kedalam kelas masing-masing.
"La nanti istirahat ke perpustakaan ya" aku teriak sambil membuka sepatu untuk memasuki ruang kelas. 
"Oke.." ella mengacungkan ibu jarinya bertanda dia telah menyetujui permintaanku.
Bel sekolah pun berbunyi, saatnya bagi murid-murid untuk mengistirahatkan pikiran mereka. Ada yang sedang membeli jajanan, sarapan pagi, dan juga ada yang mengerjakan tugas rumah yang belum terselesaikan, ada juga yang ke masjid untuk sholat dhuha, pun juga ada yang ke perpustakaan untuk membaca buku. Waktu istirahat diberikan selama 30 menit. Aku menepati janji untuk pergi ke perpustakaan bersama Ella, namun aku lebih dulu sampai di perpustakaan, sambil menunggu Ella datang, aku mengambil sebuah buku yang berjudul “Amelia” sebuah novel yang diciptakan oleh Tere Liye. Aku sangat suka membaca, bacaan apapun itu , apakah tentang politik, pendidikan, novel, puisi,cerpen, cerpan, kabar berita yang ada dimanapun, dan aku juga hobi berkarya dengan tulisan-tulisan yang terkadang terlintas dalam pikiran.
“araaaa.....” suara ella,benar, aku paham suara itu, ella datang dengan keringat yang melimpah membasahi mukanya, nafasnya tersengal-sengal.
“kamu kenapa terburu-buru begitu la?” aku menenangkan dan membantunya untuk duduk dibangku menstabilkan napas.
“aku lupa, punya janji dengan mu ra, dan aku tadi dari kantin, lalu melihat kak ari, dan aku ingat dengan kamu, ya syudah aku langsung lari ke perpustakaan” ella menjelaskan dengan detail mengapa dia terlambat.
“sudahlah la, aku hanya menunggumu selama 15 menit di perputakaan ini”aku menjawabnya dengan santai dengan menutup novel “Amelia” dengan meninggalkan jaritelunjuk sebagai pembatas buku. Jujur saja 15 menit lalu, bahkan aku juga lupa kalau aku sedang menunggu Ella karena asyik dengan membaca novel ini. Aku dan Ella berbincang sebentar mengenai pelajaran yang didapatkan hari ini juga tentang kejadian aneh di dalam kelas. Tapi perbincangan itu hanya berlalu selama 10 menit, setelah itu Ella pergi mencari buku yang nantinya akan dibawa pulang ke asrama, setelah Ella dapat bukunya, kami langsung menemui petugas untuk mencatat peminjaman buku kami. Aku meminjam novel “Amelia” sedangkan Ella meminjam buku politik.

                                  ***

"Kamu mau kemana la" aku yang sedang membersihkan kamar asrama melihat ella yang sedang terburu-buru. 
"Eh, umm mau ke masjid, mau ikut?" Ella terbangun dari lamunannya didepan pintu kamar.
"Ah aku berangkat nanti saja lah, masih mau bersihin ni kamar kita yang super duper berantakan, lagian mau ada apa si kok pake ke masjid cepet-cepet? Kan kita memang tidak ada jadwal apapun dari asrama sore ini?".
"Iya pengen main saja", ella berlari kecil menuju masjid yang memang dekat dengan sekolah kami. 
"Anak itu makin lama kenapa makin aneh begitu ya ? Pasti ada sesuatunya ... biasanya dia itu pendiam ... 
akhir-ahir ini dia lebih aneh. Setiap istirahat selalu mengintip kedalam kelasku , ada saja alasan dia, entah iu mencariku, sok sibuk bertanya denganku yang akupun tidak paham apa yang ditanyakannya. Terkadang dia semakin aneh ketika ada si Ari melintas tepat di depan kita yang sedang mengobrol, jangan-jangan anak itu sedang terkena VMJ alias Virus Merah Jambu. Virusnya orang-orang yang sedang dimabuk asmara."
Bulañ malam ini tepat sempurna sesempurna hafalanku malam ini aku
mendapatkan nilai A. Disekolah kami memang diwajibkan menghafal Alquran, malam ini aku tidak ingin belajar karena besok hari minggu, hari untuk mengistirahatkan bàdan yang sudah 1 minggu diporsir pull  tenaganya. Aku kembali lebih awal ke asrama karena ingin segera mengistirahatkan badan. 
"Ra, ara" tiba-tiba ella datang berteriak dan langsung membuka pintu kamar.
"Ada apa si la kok pake teriak gitu, aku màsih bisa denger kok suara kamu" aku yang sedang tidur terbangun karena mendengar suara petir khas teriakan ella itu.
"Iya maaf ra, aku hari ini sengaja mau cerita nih dengan kamu , tapi kalau kamu capek , ya sudah istirahat saja" mata bahagia ella itu sekejap langsung lesu dan membanting tubuhnya diatas kasur.
"Heh ya sudah sini ceritakan sàja, apa yang mau kau ceritakan" aku menarik tangan Ella yang terbaring dikasur dekatku. 
Aku memang selalu tidak bisa menolak ketika ada temanku atau bahkan musuhku mau bercerita. Entah apa tapi  aku selalu suka ketika mendengar mereka bercerita.

"Ara, kamu tahu temanmu laki-laki itu?" Muka Ella seperti kepiting rebus saat bertanya.
"Laki-laki? Temanku? Siapa la? Aku punya banyak teman laki-laki disini. Ada adik kelas, ada juga teman satu kelas, ada juga tetangga sekolah itu anaknya ibu kantin, jadi laki-laki yang mana?". Candaku kali ini membuat sebal ella. 
"Ya teman satu kelasmu itu loh ra" bentak ella kesal
"Ella, kamu tahu teman satu kelasku itu ada banyak ada 15 orang, lalu yang kamu maksud itu siapa?" Aku mencoba mengerjai si ella, karena aku sudah paham pastilah yang mau ia ceritakan tentang CINTA.
"Ihhh... Ara mah kalau kamu tidak mau mendengarkan aku cerita ya sudah tidur saja sana" ella melempariku dengan bantalnya yang super besar itu.
"Apa si la? Ya benar kan? Kamu nya saja yang tidak jelas dari tadi mau menceritakan apa" aku mengambil bantal dan meremaskannya ke muka ella.
"Ari" tanpa berpikir panjang ella dengan cepat angkat bicara. "Apa?ari?Ada apa dengan ari? Kau diapakan dengannya ? Diganggu atau diapakan?" Teriakku kaget, sampai semua badanku gemetar mengatakannya. 
"Aku rasa aku menyukainya" ella menutup mulutku, lalu berbisik ketelingaku.
"Kamu menyukai laki-laki itu?, coba kau tanyakan lagi pada dirimu itu apa kamu benar-benar mencintainya, atau mungkin itu hanya sekedar perasaan yang kau buat-buat saja? Apa yang kau suka darinya?" Aku mencoba serius untuk kali ini,
"Itu dia ra, yang sampai saat ini masih ku tanyakan pada diri dan hatiku ini, hatiku tak tahu, akupun sama tak tahunya. Akankah aku hanya membuat-buat, atau bagaimana, dan satu hal yang sangat aku tidak paham. Bagaimana bisa aku menyukainya," mata ella terlihat lesu, menceritakan segala kejadian yang sedang melanda hatinya. Dia terus menceritakan apa saja yang sedang dia rasakan saat ini.
Aku tahu ari, aku mengenalnya, aku bahkan paham sekali dengan sikapnya. Ari memang laki-laki yang tampan disekolah kami. Bahkan dia itu ramah , baik, dan tidak sombong walaupun dia anak orang mampu. Tapi aku takut, ella tidak mungkin untuk bersamanya saat ini, ari adalah pacar teman satu kelasku namanya Riri. Riri anak yang cantik, rajin, lumayan pintar. Mereka berpacaran saat kenaikan kelas VIII kemarin. Aku hanya ingin ella tidak sakit hati. Tidak merasa cintanya tak terbalaskan. Apa lagi dia merasa ari mempermainkanya yang sejatinya itu tidak terjadi. Aku hanya berpikir bahwa rasa suka ella itu hanya akan bertahan 1 bulan saja mungkin. Jadi aku biarkan saja semua mengalir seperti sampah dalam air sungai, maka Ketika arahnya ke kiri akan ke kiri juga, lalu ketika harus kekanan maka akan kekanan juga, namun ketika masanya dia hanyut mengikuti arah ke lautan luas maka dia akan terlepas lalu hilang dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar