Kamis, 05 Januari 2017

Masih Menunggunya 9



Hari-hari berjalan menyenangkan,tidak ada masalah tidak ada hambatan, kalaupun ada hambatan semua bias tetatasi dengan baik, komunikasi dengan ella pun masih berjlan lancer, hingga saat aku lulus dari bangku SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, aku menempuh jalur test masuk perguruan tinggi, dengan semangat yang membara untuk menggapai cita-citaku, aku yakin aku dapat mewujudkan cita-citaku, aku mengambil jurusan kedokteran, dan ternyata aku bias lolos dalm seleksi masuk perguruan tinggi, namun saat yang aku tahu bahwa kabar ini adalah kabar gembira, ternyata “tidak” aku lolos jurusan kedokteran bukanlah kabar yang baik, bukanlah kabar gembira, ibu dan ayahku tertipu uang 300 juta, dan itu adalah uang persiapan untukku masuk perguruan tinggi, entah cobaan apalagi ini, tapi aku tetap yakin pasti ada hikmah dibalik semua ini, dengan hati yang berat aku melepaskan keinginanku menjadi dokter,

Sore itu aku membaca Koran, lalu menemukan pengumuman tentang dibukanya pendaftaran sekolah kedinasan, dan penutupannya 2 hari lagi, dengan cepat aku membuka halaman web.nya lalu menyiapkan segala syarat-syarat yang dibutuhkan semua sudah siap , tinggal besok aku akan pergi ke bank untuk melakukan registrasi. Bukan hal yang mudah menembus sekkolah kedinasan itu, waktu itu setelah pulang test aku saja tidak yakin aku akan lolos, 2 minggu setelah test, pengumuman diedarkan di Koran-koran, dan ternyata aku lulus ujian tahap 1, dan biasa melanjutkan mengikuti ujian tahap 2, untuk melakukan ujian tahap 2 ini aku harus pergi ke luar kota, aku meminta izin dengan ibu dan ayah, dan mereka mengizinkan, aku menaiki bus, karena kalau harus naik kereta uang yang diberika ibu tidak akan cukup sampai pulang nanti.

Hari ini test tahap dua, lusa sudah keluar hasilnya, aku sangat senang melihat kabar itu aku lolos, dan sekolah kedinasan ini tidak memerlukan biaya banyak, karena gratis, aku langsung mencatri tempat untuk duduk dan memeberi kabar ibu dan ayah, namun saat aku berbalik arah dari papan pengumuman, alangkah terkejutnya aku, aku melihat ari, ari teman SMP ku dulu, dan dia juga lolos dalam tahap ini, jadi nantinya aku akan satu perguruan tinggi dengannya,
Ari tan[pa basa-basi mengajakku untuk mencari tempat duduk lalu berbincang-bincang, karena sudah lama sekali kitatidak pernah bertemu
“bagaimana kabarmu ra ?” ari lebih dulu bertanya
“eehh.. aku baik saja ri, kamu bagaimana?” aku balik bertanya dengannya
“baik, bukankah kamu lulus di fakultas kedokteran di universitas Indonesia ra?”
“iya ri” aku menjawab seperlunya, karena ketika ingat akan hal itu hati ini sangat sakit, dada ini semakin tersa sempit,tapi aku berusaha sebaik mungkin bersikap biasa saja dengan ari.

Bersambung ....

3 komentar:

  1. Jadi penasaran dengan lanjutannya ditunggu ya ?

    BalasHapus
  2. Wahhh nanggung banget nih bersambung ahaha, ditunggu lanjutannya

    BalasHapus
  3. Bagus nih diarynya :) lanjutkan ya

    BalasHapus