Kamis, 05 Januari 2017

Masih Menunggunya 8



“Allohuakbar...Allohuakbar....”suara adzan subuh terdengar dengan suara khas muadzin, suara yang sangat merdu,dan sangat pas untuk membangunkanku dari waktu istirahat yang cukup .  dengancepat aku membuang selimut dan gulingku, lalu duduk dan segera berdiri untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh, aku membangunkan dira untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Setelah sholat aku langsung membereskan kamar, mencuci piring bekas makan tadi malam, mencuci baju, lalu menyapu kamar kostan.
“rajin sekali kamu ra ?, biasanya jam segini kamu masih saja berselimut” ella meledekku dan tertawa dengan bangganya. Aku hanya mangut-mangut dan sedikit bertingkah seperti orangsedang kesal karena ledekannya.
“iya dong, hari ini kan ara akan bertemu sahabat lamanya yang telah lama hilang” lagi-lagi dira meledekku
“ ya sudahlah terserah kamu saja dir” akhirnya aku menjawab ledekan dira.

matahari belum juga muncul, tapi aku telah siap untuk marathon kea rah sekolah, tanpa di temani siapapun, aku menghentakkan kaki dijalan berlari-lari kecil. Sambil mendengarkan music di mp3 ku dengan earphone. Menyapa ibu-ibu yang hendak pergi berdagang dipasar, dan bapak-bapak pergi ke ladang. 20 menit te;lah berlalu, dan tanggul sungaisudah terlihat, suara gemercik air juga mulai terdengar saaat aku mulai melepas earphone yang menepmel ditelingaku. Aku rinddu dengan suara itu, walaupun aku tidak pergi jauh tapi aku tetep saja tidak pernah mengunjungitempat ini lagi setelah 4 bulan lamanya. Aku langsung berlari ke tepian sungai dan menunggu ella datang.

Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki, seorang wanita mengenakan jilbab biru berbunga-bunga. Ya itu adalah ella, jelas berbeda dia denganku aku selalu berdandan sederahan, tapi kalau ella jangan ditanya, dia adalah wanita sejati, suka berdandan, tidak sepertiku.
“assalamualaikum ara” ella menyapaku dari kejauhan
“waalaikumsalam warahmatullohi wabarakatuh” seperti biasa aku selalu menjawab salam dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal.

Ella duduk tepat disampingku, dan langsung memasukkan tangannya kedalam air sungai yang jernih. Aku tidak akan basa-basi lagi, pertanyaan yang dulu sangat aku tunggu jawabannya.
“la, bagaimana perasaan yang kamu rasakan dulu, tentangari ?”
“aaa...eee.. ti .. tidak tahu ra “ ella menjawabnyadengan gugup, lalu tersenyum getir.
“hhaah? Bagaimana bias tidak tahu la, atau jangan-jangan sudah tidak ada lagi perasaan itu ? sudah menghilang begitu saja? Syukurlah kalau memang begitu, jadi kamu bias lebih focus pada ujian nasionalmu yang tinggal 5 bulan lagi.” Aku dengan cepat mengambil kesimpulan.
“tidak ra, kamu tahu sampai saat ini aku masih sanggup menyimpan rasa itu, aku masih menyimpannya didalam sini” ella menggenggam jemarinya lalu meletakkannya di dada,
“aku tidak bisa melupakannya, terlebih lagi ada sesuatu yang kamu tidak tahu selama ini” ella bercerita dengan baik
Air mata ella mulai berjatuhan di pipi, aku hanya membiarkannya saja menangis, karena ella pernah bilang “ketika aku menangis, seperti apapun keadaannya biarkan saja aku menangis, karena bagiku, tangisanku, tetesan air mataku ini adalah kesedihanku yang nantinya akan keluar dan menghilang.”.
“dulu kak ari pernah datang kesekolah untuk mengambil legalisir ijazah, ketika itu aku sedang di ruang kepala sekolah, untuk meminta izin mengikuti lomba tingkat nasional. Dan saat itu pula aku bertemu dengan kak ari,” ella mualai bercerita.
Dan aku sangat terkejut dengan hal ini “ lalu” aku bertanya dan meminta ella melanjutkan ceritanya.
“pagi itu aku datang ke ruang kepala sekolah, untuk meminta izin mengikuti lomba tingkat nasional, ada lomba design grafis tingkat smp se Indonesia. Hampir 30 menit aku menjelaskan persyaratan dan ketentuan lomba kepada kepala sekolah, tiba-tiba datanglah kak ari,
“assalamualaikum....” ari datang dan langsung membuka pintu ruang kepala sekolah. Bagaimana aku tidak terkejut ra, rasanya itu seperti mimpi, benar-benar hal yang sangan tidak mungkin aku dapat berjumpa kembali dengannya” ella menuturkannya dengan perasaan sangat bahagia.
“kamu tahu ra, apa yang terjadi setelah, kak ari berbicara dengan kepala sekolah ?, kepala sekolah meninggalkan kami di ruangannya, karena kepala sekolah harus segera mencari ijazah di dalam ruang lemari berkas-berkas sekolah”. Memang lemari berkas di sekolahan kami tidak jauh, masih dalam saturuangan dengan ruang kepala sekolah. “kak ari mulai bertanya kabar ku, kabar osis, dan juga kabar perkembangan asrama” ella sangatb senang, mukanya memerah lesung pipi nya mulai terbentuk, alangkah sungguh aku tahu ella sangatlah suka dengan hal ini, dan hal ini seperti sebuah kado terindah bagi ella.
“ra, bukan tentang kak ari bertanya kabarku, kabar osisi, atau berbincang dengan ku yang membuat ku sangat senang adalah ketika aku melihat pergelangan tangan kanannya, sungguh pemandangan yang menakjubkan, dia memakai jam tangan hadiah kenangan dari ku dulu”
Menarik sekali cerita ella kali ini, benar-benar aku tidaktahu akan serumit ini kejadian yang akan menimpanya. Aku tidak akan menanyakan apakah dia masih menunggu aria tau tidak, karena sudah sangat jelas sekali ella pasti masih tetap menunggu ari, masih tetap menerima perasaan itu datang, dan semakin memebesar.
“ra, sampai saat ini aku masih tetap yakin, dan percaya tidak aka nada yang sia-sia saat aku tulus menunggunya. Maka ra, menurutmu, bagaimana kalau aku akan setia menjaga perasaan ini, bagaimana kalau aku akan selalu menyimpannya baik-baik dalam hati ra ?” ella menatapku, lalu menggenggam tangnku, seperti meminta permohonan.
“menurutku ya, boleh saja la, silahkan simpan perasaan itu, dan jaga dengan baik perasaan itu, tapi la, selama kamu menyimpannya mungkin kamu harus bias mengendalikan tumbuhnya perasaan itu, ingat la, bahwasannya ada Zat yang maha membolak-balikkan hati, ada Zat yang maha segalanya, ketika memang seudah berusaha untuk mengurangi perasaanmu itu, dan hasilnya nihil maka, cobalah untuk berhenti mebesarkan perasaan itu, aku hanya tidak mau kamu akan jatuh ke dalam jurang yang sangat curam, kita tidak akan pernag tahu kan akan bagaimana kisah kita nantinya, sama seperti yangsudah pernah ku ucapkan, “kita tidak pernah tahu, akan bagaimana kita menutup hari ini, akankah dengan senyuman lebar, tertawa terbahak-bahak, sedih, atau mungkin sedih sampai menangis sejadinya, maka dari itu janganlah menyukai seseorang dengan berlebihan, namun cintailah, Yang Maha mencintai dengan berlebihan dan kamu tidak akan pernah merasa kecea kepadaNYA” aku mencoba menasehati ella sebisa mungkin, agar ella tidak akan merasakan kekecewaan yang luar biasa yang nantinya akan membuat hidup ella membenci ari seumur hidupnnya.

Terik matahari semakin tinggi, semakin panas, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 10.30, setelah selesai menghabiskan cerita-cerita tentang ella dan ari, tentang guru baru, tentang murid yang ketahuan keabur, dan tentang sekolaha juga asrama yang banyak direnovasi, aku pamit pulang dengan ella, karena ada banyak hal yang harus aku lakukan setelah pulang dari sini, aku harus mengerjakan tugas-tugas yang akan dikumpul 2hari lagi. Di tenngah perjalanan sambil menikmati perjalanan jauh ini, aku berusaha menarikbeberapa kesimpulan, yangpertama bahwa sekolah kami maju pesat, sekolah kami benar-benar sekolah yang luar biasa, peraturan demi peraturan di sekolah ditambahkan agar siswa-siswa baru  lebih disiplin lagi. Guru-guru yang berkulaitas semakin banyak mengajar disekolahan, yang dulunya sekolah kami kepalasekolah juga staf-staf tata usaha harus merangkap jadi guru, namun sekarang sudah tidak lagi, mereka memegang tanggung jawab mereka masing-masing, sesuai dengan kemampuan mereka. Dan kesimpulan tentang ella adalah “Ella masih menunggu ari, Ella masih menyimpan baik perasaan itu.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar