Rabu, 04 Januari 2017

Bola Mata Senja 5 (Tamat)

Aku berusaha menjauh, tapi hatiku selalu memberontak, dia seperti meminta haknya untuk menemuimu.
Walau sebenarnya aku sama seperti menikam hatiku sendiri setelah melihatmu, lazimnya menyukai barang disebuah toko tapi tak bisa membawanya pulang.
Aku bukanlah rumah untukmu kembali. Maka aku harus menyadarkan pikiranku, bahwa kamu ditakdirkan hanya sebatas angan tanpa nyata.
Aku pernah memutuskan untuk pergi. Namun jika kau kembali, akan kupikirkan untuk menepati janjiku saat itu. Semoga.
Sudah satu tahun ini aku tak lagi menatapmu,sekalipun hanya media sosialmu. Aku memutuskan mengikuti program sm3t dari pemerintah. Aku mengabdi pada daerah terpencil yang tertinggal. Teramat jauh, namun hatiku tetap saja terpaut olehmu.
***
Hatiku resah, aku memutuskan untuk melamar Elya, barangkali aku memang tak bisa menepati janjiku padanya. dia yang hadir dan pergi begitu saja dari hidupku. Aku harus merelakannya.
Satu tahun sudah genap aku mennati pertemuan itu kembali, pertemuan antara bola mata senja kita di waktu senja. Tapi tak pernah aku menemukannya lagi.
"Put, kali ini aku pamit, terimakasih pernah menjadi putri di kehidupanku. Seandainya Tuhan memberikan pertemuan kembali sebelum aku menikah, maka aku berjanji padamu, aku akan melamarmu".  Menjijikkan, aku seperti seorang pecundang. Kata-kataku tak pernah mampu terucap di depanmu. Kurobek dan kuselipkan kertas itu dalam laporan KOAS ku.
***
Aku adalah Elya, aku mempercayai Raj. Tapi kali ini aku harus mengalah untuknya. Aku penikmat novel, kemarin aku meminjam novel lalu kutemukan disana kertas kecil terselip. Jika saja aku tidak membaca kertas di laporan KOAS Raj kemarin, mungkin aku tak akan pernah tahu, bahwa ada cinta lain di hati Raj, entahlah. Aku merasa beruntung atau aku ini merasa sakit. Sakit itu pasti, tapi keterlambatan yang akan membuatku merasa sakit.
Dia adalah putri yang nyata, putri idaman Raj, putri kecil Raj, putri penguasa kerajaan Raj. Dia bukan aku,tapi dia adalah Putri, panggilan Put nya, sering kudengar, karena Raj selalu salah memanggilku. Dan aku tahu kenapa Raj selalu memanghilku dengan sebutan Putriku, mungkin itu juga untuknya.
***
Aku Raj, saat matahari terbit dihari jumat ini, akumengajak kakaktertuaku untuk ke rumah Elya. Melamarnya adalah pilihan yang tepat.
Walupun keraguan itu masih menghantui perasaanku.
Namun aku seperti hilang akal sesampainya disana, aku seperti di rumah kosong tanpa penghuni.
"Mba elya nya sedang pergi mas" ujar salah satu tetangga yang telah mengenalku.
"Baik.bu, terimakasih"
Elya memang menghilang, entah atas dasar apa dia menghilang. Tanpa kabar. Nomornya pun sulit dihubungi.
***
Aku putri, yang masih berharap tentang pertemuanku dengan Raj.
Audah dua hari aku di rumah, bosan jika hanya di rumah, sore itu saat senja datang aku hanya ingin manyaksikan pertandingan bola volly di lapangan.
Entahlah aku pikir rasanya aku ingin berekreasi walaupun di desa tak ada tempat yang nyaman untuk itu.
"Putri?" Ada tangan menekan bahuku, dan kutatap mata itu, bola mata senja. Itu milikmu. Benarkah? . Lalu itu siapa yang manja di gendonganmu, seorang pangeran kecil.yang inut, mirip seperti dirimu. Aku bahagia. Tapi aku ingin menangis, sepertinya rumahku kembali telah dimiliki orang.
"Abi, mau es klim". Dia amat manja, ditunjuknya tukang ice cream di pojok lapangan.
"Iya, nak sebentar ya" itu adalah jawabnmu.
Apakah benar, kamu benar-benar bukan milikku lagi.
"Sehat put?" Pertanyaan konyol terlontar dari mulutnya
"Yah, seperti yang terlihat" aku menjawab cuek
"Put, nanti malam.ada agenda apa ?"
"Ah, tidak ada"
"Yasudah put, terimakasih ya put, ah ya, saya harus pulang lebih dulu put"
"Ah- ya silahkan saja. Saya juga sudah mau pulang sebentar lagi"
Lengkap. Aku tahu dia sudah menikah. Untuk apa aku mengharapkanya.
***
Aku Raj. Sesuai janjiku, maka aku akan pergi menemui keluargamu, tenang saja ibu dan ayahmu sudah mengenalku, bahkan aku pernah datang untuk meminta izin memintamu suatu saat.
Maka malam ini aku hanya tinggal datang melamarmu.
Pukul 19.00 WIB. Kuketuk pintu rumah putri, bukan aku yang di depan pintu, melainkan ayah dan ibuku.
***
Aku putri, ada yang mengetuk pintu rumahku, entahlah. Mungkin tamu ibu dan bapak.
"Eh,bude, silahkan masuk bude, pakde. Sebentar ya putri panggilkan ibu"
"Iya nduk, kamusudah pulang to?"
"Nggih bude, sudah satu minggu yang lalu putri disini, tapi ndak pernah keluar rumah bude"
Tak lama.kemudian ibu datang
"Siapa nduk?"
"Ini bu, ada bude Roz sama pakde Zaini"
"Monggo.bude, pakde silahkan masuk dulu".  Aku langsung melangkahkan kaki ke dapur, membuatkan minuman.
Namun setelah aku kembali, aku menatapmu. Sepasang bola mata senja saling memandang, aku tak kuasa menahan malu, mukaku mulai memerah.
"Lah nduk, kok cuma.buat dua air minumnya" ibu menatapku.
"Ah, iya bu, putti lupa" tanganku gemetar, hingga rasanya nampan gelas yang kubawa akan jatuh segera
"Bukan lupa itu bude, tapi putri memang ndak tahu Raj ikut" mulutnya kembali mengeluarkan kata-kata mengerikan. Pipiku sangat merah kali ini.
"Jadi bu Rin, pak Her. Maksud kedatangan kami kemari ingin meminta izin mengambil nduk putri. Mengambil tanggung jawab bu Rin dan Pak Her atas putri, untuk mengalihkannya kepada anak saya Raj. Nah, itulah maksud kedatangan kami" Ayah Raj memulai percakapan.
"Ah, gitu. Ya kalau kami suka saja pak, kami merasa beruntung bisa mendapatkan nak Raj , sebagai menantu kami, tapi semua itu kami serahkan kembali pada putri. Bagaiamana nduk kamu siap?" ibu malah balik bertanya padaku.
"Putri terserah pada ibu, bapak. Seandainya ibu merestui, maka putri akan dengan senang hati menerima" apalah ini jawaban macam apa yang telah kusampaikan.
"Alhamdulillah ibu, bapak merestui nduk, dan ibu rasa kian juga sudah siap, ke jenjang yang lebih tinggi" jawab ibu.
***
Aku Raj,
Malam ini aku melihat kebahagiaan di matamu, pipimu memerah seperti kepiting rebus. Aku tahu kamu.bahagia bukan melihatku kembali seperti ini.
***
Aku Elya.
"Selamat ya Raj, semoga menjadi keluarga yang samawa" aku menyalami kedua mempelai, kucium dan kupeluk putri di sana.
Biarkan, dan cukup aku yang tahu, bahwa kalian memanglah ditakdirkan bersama melaui surat antar kalian yang tak pernah sampai.
Tamat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar