Kamis, 05 Januari 2017

Masih Menunggunya 4



"Ella, kamu tidak rindu padaku? Kamu tidak rindu setiap malam bisa melihatku tidur nyenyak?" Aku merapikan kasur lantai yang siap terbentang di lantai, menjatuhkan bantal, guling, selimut, dan boneka. 
"Sudah bosan, jadi tak mungkin rindu" ella menjawab singkat dan menjitak kepalaku
" uuhhh. Sakit tau, bukankah sebentar lagi aku akan pergi ? Aku akan lulus dan melanjutkan SMA. lalu kamu? Akan sendiri disini" aku menjawab santai dan tertawa lebar. 
"Biar saja. Aku tak peduli" wajah ella berubah sedikit lebih seperti orang terkena tekanan darah tinggi. Mungkin efek tak mau kehilangnku.
" ara.... " ella memulai percakapan, melihat ke langit-langit kamar, 
" eh? , kenapa?" Mataku setengah mengantuk, 
"Kamu ridak ingin menanyakanku tentang perasaan itu?" Ella mulai bertanya serius. "Apa? Perasaan first lovemu itu?" Pertanyaan ella membuatku bangun dan duduk didekatnya. 
"Kamu tahu? Sampai saat ini rasa itu semakin kuat, rasa itu semakin nyata" ella menceritakan perasaannya itu. Mendeskripsikannya dengan sangat detail.
"Kamu yakin la? Kamu tahu? Ada berita tentang ari dan riri? Mereka berdua sudah tak ada hubungan lagi, 3 bulan yang lalu di  siang itu si riri cerita panjang lebar, katanya si karena ari yang berkhianat." 
"Aku tahu tentang mereka yang sudah tidak lagi bersama" ellĂ  memotong ceritaku. Jujur saja aku kaget mendengarnya. Tahu dari mana dia cerita itu. Bukankan riri hanya bercerita dengan ku. Mungkin saja riri sudah bercerita dengan orang lain sebelum aku.
"Ara kamu tahu, hati ku ini semakin lama semakin aneh, bahkan sekarang ini hatiku meminta untuk menunggu ari. Aku semakin tersiksa saja dengan perasaan ini. Setiap malam bangun untuk sholat meminta agar tidak diberikan rasa ini. Tapi tetap saja rasa ini semakin kuat dan sangat kuat. Sampai terkadang aku tak bisa mengendalikannya. Ingin sekali aku mengatakan pada ari bahwa aku sangat menyukainya. Kamu ingatkan kejadian 3 bulan lalu aku memanggil ari" ella menangis menceritakan perasaannya itu .
3 bulan lalu. Ketika sore hari datang ella sedang mengambil makan malam di dapur. Disana ella bertemu dengan ari. Mungkin karena perasaan ella itu semakin kuat samapi-sampai ella tak bisa lagi memendamnya lebih dalam. Ella memanggil ari 
" kak ari..." 
"Iya la ada apa ya?" Ari langsung berbalik arah 
" ada sesuatu yang ingin aku katakan pada kak ari" 
"Iya. Ada apa? . Silahkan , bicara disini saja tidak apa-apa kan? " ari berhenti dan meminta temannya pergi terlebih dahulu. Saat itu aku sedang didalam dapur mengobrol dengan ibu dapur. Dan tak pernah tahu kalau ella tertinggal dibelakngku, yang ternyata malah asik mengobrol dengan ari. 
"Kak ari, bagaimana dengan kak riri?" Ella menanyakan hal itu dengan berani. 
"Ya, baik-baik saja la" 
"Kak... " ella mulai gemetar. Ada yang mau mengatakan perasaan itu. 
Tapi beruntunglah aku langsung datang dan memanggilnya "ella ... sini" teriakku.
"Kak ari. Bagaiman mana program kerja yang kemarin itu. Bagus tidak? " ella langsung saja menghentikan keinginannya untuk mengatakan hal itu. 
" iya bagus kok dek". ari yang tidak paham maksud ella hanya menjawab sekedarnya saja. 
" oh. Ya sudah kak , saya mau ambil makanan dulu kalau begitu. Terimakasih banyak ya kak. Kalau ada saran atau tambahan mohon bantuannya ya kak" ella berusaha menutup perakapan singkat itu, dan langsung menuju ke dapur. 
"Iya la , sama-sama" ari berteriak dan langsung melanjutkan jalan menuju masjid.
Setelah itu aku bertanya pada ella, " apa kamu sempat mengatakan perasaanmu itu pada ari" . " hampir saja, tapi untunglah tidak jadi, aku masih bisa menahan emosiku itu". Ella menjelaskan dengan tergesa dan gemetar. Itulah kejadian 3 bulan lalu yang hampir membuat rahasia nya terbongkar sendiri.
***

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar