Sabtu, 27 Mei 2017

Born To be Writer



Assalamualaikum teman-teman. 

Semua manusia terlahir sebagai penulis
Pernahkah kalian berpikir? Mengapa harus menulis. Pada cerita kali ini aku akan menceritakan bagaiamana diriku dan menulis. Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (KBBI, 2016). Sebenarnya setiap manusia terlahir sebagai penulis, hanya saja ada yang mengaplikasikannya secara terus menerus dan ada juga yang hanya sekedar mengaplikasikannya sekali dua kali.

Pada dasarnya menulis ada hubungannya dengan membaca. Kalian ingat? Bagaimana Allah memeritahkan Nabi Muhammad pada wahyu pertamanya, yaitu “Bacalah”. Allah maha tahu, bahwa dengan manusia membaca maka akan terlahirlah generasi-generasi hebat calon penulis yang nantinya akan mengabadikan ilmu.

Mengapa demikian??
Ketika seseorang belajar, hal pertama yang harus dilakukan adalah membaca ilmu tersebut. Kemudian setelah dibaca maka kita dituntut untuk memahami. Lalu bagaimana cara kita mengetahui bahwa kita telah paham dengan ilmu yang kita baca? yaitu dengan menulis. Dengan menulis maka manusia akan dengan sendirinya mengikat setiap ilmu yang telah dipahaminya. Karena dengan menulis kita juga akan mudah mengingatnya. Hal ini juga merupakan alasan mengapa sewaktu di Taman Kanak-kanak kita diwajibkan untuk bisa menulis.

Pembelajaran saat kecil adalah apa yang sudah seharusnya ada dalam diri kita hingga saat ini, jika dulunya kita diajarkan menulis pastilah setiap manusia di dunia ini adalah penulis. Sayangnya beberapa hanya mengaplikasikan penulisan dalam ilmu-ilmu tertentu dan hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Padahal sebagai makhluk sosial kita tidak boleh hanya memikirkan ego kita.

Nah apa bedanya penulis biasa dengan penulis luar biasa?
Perbedaannya hanya satu, penulis biasa adalah orang-orang yang hanya menuliskan sesuatu untuk dirinya. Sedangkan penulis luar biasa adalah penulis yang berani memberikan tulisannya untuk orang lain. Mana yang kupilih? Tentu aku lebih suka menjadi penulis yang luar biasa. Dengan menjadi penulis yang luar biasa, maka kita telah membuktikan usaha kita menjadai manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

Bayangkan jika tulisan kita dinikmati oleh orang lain, apalagi bisa menasihati pembaca secara tak langsung. Alangkah senangnya hidup kita. Menasihati orang lain bahkan sebelum mengenal secara nyata. Bagaimana caranya? Yah, tentu dengan menjadi seorang penulis yang luar biasa dengan seabreg karya yang bermanfaat.

Seberapa besar impianku untuk menjadi penulis luar biasa?
Sangat besar. Aku hanyalah seorang mahasiswa, sehingga sangat sulit bagiku memberikan perubahan bagi negeri ini. Apalagi dengan melihat pengikisan moral di kalangan remaja. Impianku menjadi penulis yang luar biasa adalah ingin mendekati para remaja melalui karya-karyaku. Jika aku tak bisa memberikan kebaikan untuk mereka satu per satu dari sabang sampai merauke, setidaknya aku berharap dengan hasil tulisanku (karyaku) aku bisa membantu menangkap para remaja agar tidak jatuh dalam lubang pengikisan moral.

Mungkin untuk saat ini aku masih belum bisa menghasilkan karya yang memukau, tapi aku selalu berproses untuk menggapai impian itu, impian menjadi penulis yang luar biasa. Agar kelak karyaku bisa bermanfaat. Terlebih untuk kalangan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Dalam proses ini aku harus menyiapkan seabreg ilmu yang harus kubaca, sehingga kelak aku bisa menuliskan dengan bahasa dan gaya cerita yang aku miliki.

Sejak kapan suka nulis?
Sejak bisa nulis angka nol dan huruf alfabet. Sejak kecil aku coret-coret buku, walau hanya sekedar tulisan dengan font alay anak SD, atau bahkan imajinasiku dalam membuat sebuah rumah untuk kata-kata. Saat itupun aku sudah sering menulis surat, judulnya surat masa depan yang kutunjukkan pada kotak sampah. Iya, karena aku tidak tahu harus menyimpan dimana curhatan itu akhirnya kubuang di kotak sampah setelah selesai menulis. Lalu SMP aku mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik bersama penulis dari lampung mulai belajar membuat cerita pendek.

Kenapa kok berani bermimpi menjadi penulis?
Aku berani karena aku yakin. Aku berani karena aku sudah membuat rencana. Bayangkan kalau belum ada rencana, pasti aku lebih baik mundur secara teratur. Daripada bermimpi tanpa ada rasa ingin merealisasikannya.

Semua sebenarnya ada dalam niat yang telah terbungkus tekad. Niat untuk membuat suatu perubahan melalui karya. Aku harus berani untuk membuat perubahan kecil. Tapi pastinya diiringi dengan proses yang sangat panjang. Dan aku siap untuk melalui proses itu, meskipun kata bang tere untuk jadi penulis hebat butuh waktu 20 tahun dalam belajar, yang mana artinya aku baru bisa menjadi penulis hebat saat usiaku 42 tahun…

Ah, intinya ingat. Aku berani karena aku percaya pada diriku bahwa “Aku Mampu, Aku bisa dan Allah akan membantu”.


5 komentar:

  1. Balasan
    1. wellwh nanti kak wid lagi yang dapat buku,,, tulisan kakak lebih kereen :D

      Hapus
  2. Suka dengan kalimat ini : aku berani karena aku yakin!
    Semangat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. akupun sama kak Nov, suka dengan kalimat itu, biar termotivasi teruus

      Hapus