Jumat, 17 Februari 2017

Pernah

Pernah

Kita adalah sebatas pernah

Pernah berjumpa dalam mimpi, lantas memberanikan diri atas pertemuan. Pada bait yang kuberi nama harap, dia tak lagi dapat terungkap. Hanya sebatas angan dengan kata pernah. Sebab dunia bukan milik kita, lakon atas kehidupan Dia-lah yang mencipta. Kita hanya sebatas pernah. Tinggal pada suatu masa, dimana ada bait aksara yang menjelma, menjadi kita yang pernah. Seandainya rembulan datang pada malam yang kukenal syahdu, sayangnya bintang tak lagi dapat bersama. Maka pada malam yang rumit dia menjelma kata pernah. Pernah bersama namun tidak selamanya.

Pada alunan melodi, bait yang kuingat adalah kenangan. Kenangan atas masa yang pernah kita harapakan. Kata pernah menjadi rumit saat jiwa tak lagi sadar. Di sana ada mimpi, yang tak akan menjadi nyata, lalu hanya akan sebatas pernah. Jika bulan dan bintang terlihat mesra malam ini, maka kita hanya akan mengatakan kata pernah. Serupa pernah terjadi meski dalam mimpi yang rumit.
Benang ikatan pun menjadi sangat rumit, warna merah terlihat cantik meski pipih lalu kandas. Hanya sebatas pernah, tangan kita saling berjabat lalu lambaiannya terlihat jelas.
Maka kita sepakat, menjelma kata pernah adalah kisah kita.

Metro, 17 Februari 2017

10 komentar: