Selasa, 22 November 2016

Kata Kita

Kembali aku harus mengurus setiap kata yang enggan menjadi kita.  Mungkin ini hanya perkara waktu yang tak sampai,  atau diri kita yang tak bisa menyatu.  Aku melihatmu di kejauhan bajumu berdebu,  rambutmu berantakan.  Badanmu kini mulai mengecil tak terawat.  Rambutmu seperti bulu domba. Kamu berjalan di sepanjang jalan kota kenangan,  kemudian duduk sejenak mengingat kenangan. 

Di taman kota,  di tempat duduk yang biasa kita duduki bersama.  Aku juga disini,  menyaksikan kamu yang menyepi.  Dikelilingi oleh keramaian anak-anak bermain kejar-kejaran.  Matamu tetap sayup.  Tak ada keceriaan didalam hidupmu.  Karena ada kata yang enggan menjadi kita.
Aku hanya mampu menyaksikan kepedihan ini dari kejauhan.  Dibalik pohon akasia dan penjual es putar.

Kemudian senja datang,  badanmu mulai tegap.  Kakimu melangkah.  Tanpa melihat arah kau datang kepadaku.  Namun kakiku lebih dahulu melangkah,  dia berlari kencang seakan kau adalah serigala. Hingga akhirnya aku menemui suamiku,  untuk hari ini,  cukup bagiku melihatmu masih terluka.  Sedang aku juga tak bahagia. 

Semoga takdir akan mempertemukan kita,  kelak ketika ada waktu yang tepat.
Hingga ada kata yang akan menjadi kita.
Karena kita hanya bisa menanti.

Bandarlampung,  16 november 2016
#odop
#katakita
#rindukeluargaodop

Tidak ada komentar:

Posting Komentar