Senin, 07 November 2016

Cinta segi empat

Disana nampak dua orang sedang duduk berlawanan arah. 

Seorang wanita sedang duduk di pojok kafe sebelah kanan dan juga seorang lelaki yang nampak duduk tak berminat menikmati kopi dihadapannya.  Matanya menatap kosong dikejauhan.  Duduk disebelah kiri pojok kafe.

Sedang di antara mereka duduk,  ada sepasang kekasih yang saling melempar tawa. Cerita-cerita lucu yang keluar melalui bibir antara keduanya,  membuat potongan cerita Cinta segi empat. 

Aku yang kini duduk di belakang mereka,  hanya mampu menikmati pemandangan Indah dari keempat manusia itu.

Dipojok kanan,  seorang wanita dengan rambut panjang hitam legamnya,  nampak kebingungan.  Seperti ada yang tertahan di matanya,  seperti ada yang ingin keluar dari matanya,  namun hatinya selalu cepat tenang.  Beberapa kali kulihat dia menarik nafas dalam , yang kemudian membuangnya perlahan. 
Sesekali kulihat dia memasukkan sepucuk sendok ice cream ke mulutnya.  Kemudian ditatapnya lamat-lamat hujan diluar sana. 

Dipojok kiri,  seorang lelaki dewasa dengan hidung mancung.  Juga rambutnya yang bergaya landak,  wajahnya nampak datar,  beberapa kali juga kulihat dia menghela nafas panjang.  Hingga akhir aku memandangnya di kejauhan ada sungai yang mengalir dipipinya. Mukanya kini merah,  namun tangannya terlihat segera menyeka,  membuang air matanya.  Tak lama,  tangannya mengambil alih gelas kopi dihadapannya,  diteguknya kopi itu hingga ampas yang tersisa.  Kakinya melangkah pergi. 

Kini lihatlah sepasang kekasih di antara kedua manusia galau tadi, 
Mereka semakin asyik menertawakan sesuatu di gadget mereka.  Keduanya duduk semakin dekat.  Beberapa kali kulihat mereka saling bersuapan.  Tak masalah mungkin walau itu hanya sepucuk sendok ice cream.  Hingga akhir aku menatap keduanya saling mendekat dan berpoto. 

Wanita di pojok kanan kafe,  terlihat menyaksikan pemandangan sepasang kekasih,  tangannya buru-buru menyambar gelas ice creamnya.  Habis.  Begitulah nyatanya.  Gelas ice creamnya berubah kosong.  Dengan cepat di bukanya langkah kaki lebar.  Pergi. 

Aku seperti melihat suatu pemandangan Cinta segi empat. 
Seandainya mungkin. 
Tapi mungkin itu hanya sebuah kebetulan. 
Kebetulan yang aku ciptakan sendiri.  Sebuah terkaan yang kubuat sendiri.

Sama seperti aku sekarang yang kembali harus mengaduk hot moccha milikku.  Kini ia dingin.  Tak terasa kulihat sudah satu jam aku duduk mengamati Cinta segi empat yang kubuat sendiri.  Kini saatnya aku pamit.  Tanpa harus kuhabiskan moccha dingin itu. 
Aku melangkahkan kaki . Kulihat disekeliling,  seperti ada yang menikamku.  Disemua sudut,  disemua kursi kosong hanya aku yang duduk seorang diri,  sedang kursi yang lain.  Sudah diisi dengan pasangan kekasih. 

Kaki ku melangkah segera pergi.  Kembali aku menghela napas panjang.  Dan segera pergi. 

3 komentar: