Selasa, 22 November 2016

Cerai

Jika kataku tak pernah terucap,  maka biarkan dia tersimpan dalam lembaran kusut dalam kotak tua ini.  Setidaknya akan ada sejarah yang mengabadikan perjuanganku. 
Kulihat sepasang bola matamu begitu teduh menatapku,  dengan harapan dan keyakinan tanpa ada ragu yang terbesit.  Rayuanmu bagaikan psikotropika yang menuntut hatiku terus mencarimu,  kakiku tak henti mencari,  ia terus melangkah dengan arah yang entah kemana. 

Kepergianmu,  membuatku menutup mata,  menutup telinga dengan jemariku,  aku terduduk diatas batuan diabwah pohon,  hujan kembali mengguyur Taman kota. Bahwa takfir perpisahan ini bukanlah apa yang pernah aku inginkan.  Tapi ini adalah takdir Tuhan yang harus terlaksana.
Kulihat punggungmu menjauh,  meninggalkan aku yang basah kuyup.  Mataku tak henti menangis,  tak sedikitpun kepalamu menoleh ke belakang barang hanya sedetik. 

Kita pernah bersatu,  karena takdir yang memintanya,  kini aku harus terpisah denganmu juga karena takdir.

Disana ada pangeranmu yang masih membutuhkan perhatianmu,  namun apalah dayanya yang hanya seorang pangeran kecil tak paham apapun.  Dia kembali bermain,  membuat goyah air tenang di rerumputan,  tak mengerti ibunya sedang pilu. Dia kembali menatap langit. Kebahagiannya adalah kebahagiaanku,  dan aku harus bangkit untuknya.
Kamu.  Maka akan kubiarkan kamu pergi dan jangan pernah kembali,  bahkan hanya untuk putramu.
Biarkan kotak tua ini yang menjadi saksi perjalanan hidup ku bersamamu,  bahkan setelah tanpamu,  aagar dia "putramu mengetahui yang sebenarnya.

#odop
#cerai
#rindukeluargaodop

Bandarlampung,  18 november 2016

1 komentar: