Jadilah apa yang kamu mau
dan kamu bisa. Jangan jadi sesuatu yang tidak pernah memikat hatimu.
Pernahkah kalian membayangkan akan bertemu dengan
pangeran impian?. Pernahkah terbesit
dipikiran kalian saat kecil tentang pangeran idaman seperti apa yang didambakan
oleh hati?. “Aku pernah”.
Pernahkah kalian merasa kejadian saat ini adalah hasil
dari perkataan kalian semasa kecil? “Aku pernah”. Tidak semua orang
mangingatnya atau bahkan memikirkannnya, tapi banyak kejadian yang menurutku
adalah hasil perkataan kita semasa kecil.
Terkadang kata yang tak sengaja kita ucapkan adalah kata yang dikabulkan
Tuhan.
Namaku Lyra Rarala.
Sulit menyebutnya?. Panggil saja aku dengan si bunga Lily. Nama
panggilan itu resmi kupakai saat aku duduk di bangku kelas 2 SMP. Berbeda
dengan panggilanku saat kecil “Lala”. Beda tipis, tapi aku lebih menyukai
“Lily” daripada “Lala”. Pernah kukatakan pada ibuku, seandainya aku punya adik
berikan saja nama Lala padanya bu. Biar aku yang menggunakan nama Lily. Kalian
tahu, kenapa aku lebih memilih nama Lily dibandingkan Lala?.
Semua itu terjadi saat aku duduk dikelas 6 Sekolah
Dasar, usai ujian nasional. Guru wali kelas ku mengajak aku dan teman-teman
satu kelas untuk berlibur. Dan saat itu guru kami menginginkan untuk singgah di
taman bunga. Menurutku itu taman bunga karena disana banyak macam-macam bunga,
bahkan sampai bunga dandelionpun ada. Tapi
menurut teman-teman dan guruku itu adalah toko bunga, karena jika ingin membawa
pulang bibitnya, kau harus membayarnya di gerbang keluar. Saat itu kami akan melihat
proses pencangkokan bunga bougenvile ada
juga yang menyebutnya dengan bunga kertas, sambil memperhatikan bunga-bunga
yang lain. Menurutku toko bunga itu adalah taman wisata bunga, karena selain
hanya menawarkan bunga-bunga yang indah, para karyawan juga dengan cerdas
menjelaskan arti dan makna bunga-bunga disana.
Aku yang saat itu sedang menikmati keindahan
bunga-bunga yang bertebaran sampai lupa bahwa aku harus mengikuti arah
perjalanan rombonganku. Saat yang lain
memilih arah jalan ke kiri, entah mengapa kaki ku seperti menerima perintah
dari otak untuk melangkah ke kanan, karena mata yang telah lebih dulu terpesona
dengan keindahan warna-warni bunga lily dan juga sebaran bunga dandelion yang
berterbangan. Saat itulah aku juga melihat seorang karyawan wanita yang sedang
menikmati hempasan bunga dandelion yang terbang terkena angin, terlihat
wajahnya yang teramat bahagia menerima tamparan lembut dandelion.
“Hai kak? Yang ini namanya bunga apa ya?” Jari-jariku
mengagetkannya, membuat matanya bergerak menatapku dengan tatapan teduhnya.
“Eh, yang mana dik?” Dengan cepat dia berdiri tegap
mengelap wajahnya dan menggambar senyum simetris di bibirnya.
“Yang ini Kak” Tanpa berpikir panjang aku langsung
menarik lengannya, dan menunjuk bunga berwarna putih dengan kelopak bunga yang
lebar dan putik yang tumbuh seperti korek api, dihias dengan dedaunan warna
hijau terang yang ditopang oleh tangkai yang ramping memanjang. Indah.
“Ini bunga Lily, anak manis. Bagi pecinta bunga, bunga
ini adalah “ratu taman”. Coba kamu amati
bunga ini dan rasakan, perasaan apa yang muncul dihatimu”.
Aku menatap wanita yang dengan sigap merapatkan
setangkai bunga lili disela-sela jemari tangan kanannya, meratapinya dengan
penuh perasaan. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengikutinya. Dan aku terbawa dengan suasana
hening itu. “Suci, Lembut, dan Cantik” Dengan nada rendah kuungkapkan
perasaanku terhadap bunga lily.
“Luar biasa, bagaimana kamu bisa menebaknya dengan
tepat anak manis?, aku bahkah membutuhkan waktu berhari-hari untuk meresapi
makna bunga ini. dan pada akhirnya aku harus menyerah dan bertanya pada
seniorku disini” Matanya berbinar indah, bola matanya berwarna hitam legam.
Berbeda denganku yang memiliki bola mata berwarna coklat terang. Kulitnya
putih, wajahnya berseri. Tatapan bahagianya menghadap tepat dimataku. Tak lama
kemudian jarinya mencubit pipi bakpau milikku. Dia terlihat gemas dengan
pipiku.
Aku hanya membalasnya dengan senyum bahagia, pernahkah
kalian melihat kebahagiaan anak kecil yang mendapatkan hadiah ulang tahun,
seperti itulah kegirangan yang kualami saat itu.
“Siapa namamu anak manis?”
“Lyra Rarala, dipanggil ‘Lala’. Kalau nama kakak siapa
?” Tangan mungilku kujabatkan kearahnya. Dan dengan sigap tangan wanita itu
meraihnya
“Aku Sela” gigi gingsulnya terlihat indah menghiasi
senyum manisnya. Rambut hitam legamnya menyibak lembut wajahnya dengan terpaan
angin sejuk pegunungan. Lala?, kenapa tidak dipanggil dengan sebutan Rara?”
wajahnya terlihat mengernyitkan dahi.
“Kata Ibu, karena banyak teman yang kesulitan dengan
panggilan itu, dan karena adik ku tidak bisa memanggilku dengan sebutan itu”
tanganku jahil bermain tanah.
“Lala, kamu tahu tidak? Bunga lili memiliki makna yang
berbeda loh, setiap warnanya, karena bunga lili memiliki banyak warna, maka
makna yang ditimbulkan juga berbeda-beda”
“Benarkah, Kak?. Maukah kakak menjelaskannya padaku?.
dan bolehkah aku memetik bunga ini satu tangkai saja? Untuk menemani perjalanan
kita, berkeliling?” tanganku meraih setangkai bunga lili berwarna putih, yang
sejak tadi menjadi perhatianku.
“Baiklah, petik saja bunganya untuk mu. Lala, bunga
lili merah mengartikan keberanian yang lembut dan cantik. Jadi bunga lili merah
menandakan tentang wanita yang berhati lembut dan cantik yang memiliki
keberanian dan ketegasan. Banyak sekali di dunia yang pernah aku temui wanita
memiliki sifat tidak tegas, sehingga menjadi bahan penindasan. Itulah makna
dari unga Lili merah. Kau pasti sudah tau apa makna dari bunga lili putih?”
“Bunga lili putih menandakan ketulusan, kesucian, kecantikan
dan kelembutan”
“Bisa jadi begitu, sayang. Dan kau tahu bunga Lili
kuning mengartikan apa?” aku hanya bisa menggeleng, karena di pikiranku warna
kuning adalah warna yang biasa digunakan untuk pertanda kematian. Karena
didesaku setiap ada warga yang meninggal dunia, pasti didepan rumahnya ada
bendera warna kuning yang berkibar.
“Bunga lili kuning menandakan”
“Kau tahu ini bunga apa?” Tangan Kak Sela jahil
memetik bunga dandelion yang akhirnya putiknya berterbangan diterpa angin.
“Dandelion, Kak” Aku menjawabnya dengan sigap. Tapi mulutku tak henti mendekati
bunga dandelion mekar itu, untuk meniupinya. Bibirku tersenyum melihatnya
berterbangan di antara bunga-bunga yang lain.
“Darimana kamu tahu anak kecil?. Tak banyak orang yang
tahu bunga ini, kebanyakan dari mereka hanya menganggap bunga indah ini adalah
rumput yang harus segera dicabut dari dalam tanah”. Langkah kaki nya terhenti
dan aku masih asyik dengan dandelionku.
“Di desaku banyak rumput ini kak. Sepupuku dari kota
yang memberitahu nama dari rumput ini”
“bunga dandelion ini bunga yang luar biasa, dia datang
jauh dari eropa”
Metro, 08 November 2016