“Allohuakbar...Allohuakbar....”suara adzan subuh terdengar dengan suara
khas muadzin, suara yang sangat merdu,dan sangat pas untuk membangunkanku dari
waktu istirahat yang cukup . dengancepat
aku membuang selimut dan gulingku, lalu duduk dan segera berdiri untuk
mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh, aku membangunkan dira
untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Setelah sholat aku langsung membereskan kamar, mencuci piring bekas
makan tadi malam, mencuci baju, lalu menyapu kamar kostan.
“rajin sekali kamu ra ?, biasanya jam segini kamu masih saja
berselimut” ella meledekku dan tertawa dengan bangganya. Aku hanya
mangut-mangut dan sedikit bertingkah seperti orangsedang kesal karena
ledekannya.
“iya dong, hari ini kan ara akan bertemu sahabat lamanya yang telah
lama hilang” lagi-lagi dira meledekku
“ ya sudahlah terserah kamu saja dir” akhirnya aku menjawab ledekan
dira.
matahari belum juga muncul, tapi aku telah siap untuk marathon kea rah
sekolah, tanpa di temani siapapun, aku menghentakkan kaki dijalan berlari-lari
kecil. Sambil mendengarkan music di mp3 ku dengan earphone. Menyapa ibu-ibu
yang hendak pergi berdagang dipasar, dan bapak-bapak pergi ke ladang. 20 menit
te;lah berlalu, dan tanggul sungaisudah terlihat, suara gemercik air juga mulai
terdengar saaat aku mulai melepas earphone yang menepmel ditelingaku. Aku
rinddu dengan suara itu, walaupun aku tidak pergi jauh tapi aku tetep saja
tidak pernah mengunjungitempat ini lagi setelah 4 bulan lamanya. Aku langsung
berlari ke tepian sungai dan menunggu ella datang.
Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki, seorang wanita mengenakan
jilbab biru berbunga-bunga. Ya itu adalah ella, jelas berbeda dia denganku aku
selalu berdandan sederahan, tapi kalau ella jangan ditanya, dia adalah wanita
sejati, suka berdandan, tidak sepertiku.
“assalamualaikum ara” ella menyapaku dari kejauhan
“waalaikumsalam warahmatullohi wabarakatuh” seperti biasa aku selalu
menjawab salam dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal.
Ella duduk tepat disampingku, dan langsung memasukkan tangannya kedalam
air sungai yang jernih. Aku tidak akan basa-basi lagi, pertanyaan yang dulu
sangat aku tunggu jawabannya.
“la, bagaimana perasaan yang kamu rasakan dulu, tentangari ?”
“aaa...eee.. ti .. tidak tahu ra “ ella menjawabnyadengan gugup, lalu
tersenyum getir.
“hhaah? Bagaimana bias tidak tahu la, atau jangan-jangan sudah tidak
ada lagi perasaan itu ? sudah menghilang begitu saja? Syukurlah kalau memang
begitu, jadi kamu bias lebih focus pada ujian nasionalmu yang tinggal 5 bulan
lagi.” Aku dengan cepat mengambil kesimpulan.
“tidak ra, kamu tahu sampai saat ini aku masih sanggup menyimpan rasa
itu, aku masih menyimpannya didalam sini” ella menggenggam jemarinya lalu
meletakkannya di dada,
“aku tidak bisa melupakannya, terlebih lagi ada sesuatu yang kamu tidak
tahu selama ini” ella bercerita dengan baik
Air mata ella mulai berjatuhan di pipi, aku hanya membiarkannya saja
menangis, karena ella pernah bilang “ketika aku menangis, seperti apapun
keadaannya biarkan saja aku menangis, karena bagiku, tangisanku, tetesan air mataku
ini adalah kesedihanku yang nantinya akan keluar dan menghilang.”.
“dulu kak ari pernah datang kesekolah untuk mengambil legalisir ijazah,
ketika itu aku sedang di ruang kepala sekolah, untuk meminta izin mengikuti
lomba tingkat nasional. Dan saat itu pula aku bertemu dengan kak ari,” ella
mualai bercerita.
Dan aku sangat terkejut dengan hal ini “ lalu” aku bertanya dan meminta
ella melanjutkan ceritanya.
“pagi itu aku datang ke ruang kepala sekolah, untuk meminta izin
mengikuti lomba tingkat nasional, ada lomba design grafis tingkat smp se
Indonesia. Hampir 30 menit aku menjelaskan persyaratan dan ketentuan lomba
kepada kepala sekolah, tiba-tiba datanglah kak ari,
“assalamualaikum....” ari datang dan langsung membuka pintu ruang
kepala sekolah. Bagaimana aku tidak terkejut ra, rasanya itu seperti mimpi,
benar-benar hal yang sangan tidak mungkin aku dapat berjumpa kembali dengannya”
ella menuturkannya dengan perasaan sangat bahagia.
“kamu tahu ra, apa yang terjadi setelah, kak ari berbicara dengan kepala
sekolah ?, kepala sekolah meninggalkan kami di ruangannya, karena kepala
sekolah harus segera mencari ijazah di dalam ruang lemari berkas-berkas
sekolah”. Memang lemari berkas di sekolahan kami tidak jauh, masih dalam
saturuangan dengan ruang kepala sekolah. “kak ari mulai bertanya kabar ku,
kabar osis, dan juga kabar perkembangan asrama” ella sangatb senang, mukanya
memerah lesung pipi nya mulai terbentuk, alangkah sungguh aku tahu ella
sangatlah suka dengan hal ini, dan hal ini seperti sebuah kado terindah bagi
ella.
“ra, bukan tentang kak ari bertanya kabarku, kabar osisi, atau
berbincang dengan ku yang membuat ku sangat senang adalah ketika aku melihat
pergelangan tangan kanannya, sungguh pemandangan yang menakjubkan, dia memakai
jam tangan hadiah kenangan dari ku dulu”
Menarik sekali cerita ella kali ini, benar-benar aku tidaktahu akan
serumit ini kejadian yang akan menimpanya. Aku tidak akan menanyakan apakah dia
masih menunggu aria tau tidak, karena sudah sangat jelas sekali ella pasti
masih tetap menunggu ari, masih tetap menerima perasaan itu datang, dan semakin
memebesar.
“ra, sampai saat ini aku masih tetap yakin, dan percaya tidak aka nada
yang sia-sia saat aku tulus menunggunya. Maka ra, menurutmu, bagaimana kalau
aku akan setia menjaga perasaan ini, bagaimana kalau aku akan selalu
menyimpannya baik-baik dalam hati ra ?” ella menatapku, lalu menggenggam
tangnku, seperti meminta permohonan.
“menurutku ya, boleh saja la, silahkan simpan perasaan itu, dan jaga
dengan baik perasaan itu, tapi la, selama kamu menyimpannya mungkin kamu harus
bias mengendalikan tumbuhnya perasaan itu, ingat la, bahwasannya ada Zat yang
maha membolak-balikkan hati, ada Zat yang maha segalanya, ketika memang seudah
berusaha untuk mengurangi perasaanmu itu, dan hasilnya nihil maka, cobalah
untuk berhenti mebesarkan perasaan itu, aku hanya tidak mau kamu akan jatuh ke
dalam jurang yang sangat curam, kita tidak akan pernag tahu kan akan bagaimana
kisah kita nantinya, sama seperti yangsudah pernah ku ucapkan, “kita tidak pernah
tahu, akan bagaimana kita menutup hari ini, akankah dengan senyuman lebar,
tertawa terbahak-bahak, sedih, atau mungkin sedih sampai menangis sejadinya,
maka dari itu janganlah menyukai seseorang dengan berlebihan, namun cintailah,
Yang Maha mencintai dengan berlebihan dan kamu tidak akan pernah merasa kecea
kepadaNYA” aku mencoba menasehati ella sebisa mungkin, agar ella tidak akan
merasakan kekecewaan yang luar biasa yang nantinya akan membuat hidup ella
membenci ari seumur hidupnnya.
Terik matahari semakin tinggi, semakin panas, dan sekarang sudah
menunjukkan pukul 10.30, setelah selesai menghabiskan cerita-cerita tentang
ella dan ari, tentang guru baru, tentang murid yang ketahuan keabur, dan
tentang sekolaha juga asrama yang banyak direnovasi, aku pamit pulang dengan
ella, karena ada banyak hal yang harus aku lakukan setelah pulang dari sini,
aku harus mengerjakan tugas-tugas yang akan dikumpul 2hari lagi. Di tenngah
perjalanan sambil menikmati perjalanan jauh ini, aku berusaha menarikbeberapa
kesimpulan, yangpertama bahwa sekolah kami maju pesat, sekolah kami benar-benar
sekolah yang luar biasa, peraturan demi peraturan di sekolah ditambahkan agar
siswa-siswa baru lebih disiplin lagi.
Guru-guru yang berkulaitas semakin banyak mengajar disekolahan, yang dulunya
sekolah kami kepalasekolah juga staf-staf tata usaha harus merangkap jadi guru,
namun sekarang sudah tidak lagi, mereka memegang tanggung jawab mereka
masing-masing, sesuai dengan kemampuan mereka. Dan kesimpulan tentang ella
adalah “Ella masih menunggu ari, Ella masih menyimpan baik perasaan itu.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar