Laman

Kamis, 05 Januari 2017

Masih Menunggunya 3



"Kenapa kamu diam saja ri?, ada masalah kah?" Aku menghampiri riri yang sedang duduk di atas rumah-rumahan ditengah kolam dekat asrama. " eh ara, bagaimana menurutmu?" Riri tersadarkam dari lamunanya
"Apanya yang bagaimana ri?"
"Ari.... " ujarnya sambil meneteskan air mata
" ada apa dengan ari?" Aku berusaha menenangkannya
"Ari, berkhianat. Dia bilang dia tidak akan pernah mengkhianatiku, tapi apa?dia diluar sana ternyata sudah punya yang lain. Dia jahat ra. Dia tak lagi ingat akan aku. Dia bahkan mungkin telah lupa . Dia bahkan tanpa rasa bersalah telah memutuskan aku. Aku tak pernah tahu dia sejahat iu terhadapku" riri berusaha menceritakan semua yang menusuk hatinya
"Husss sudah ya ri ya sudah. Jangan menangis lagi ya. Ari disana  saja belum tentu sedang menangisimu. Bahkan mungkin dia sedang tertawa lebar. Sudah ya , aku tahu kamu terluka, dan mungkin sangat terluka, tapi ingatlah kembali ri, mungkin inilah jalan dari Tuhan, Tuhan hanya tidak ingin kamu masuk dalam hal yang mungkin itu akan membuatmu bahaya, Tuhan sayang kamu. Dia tidak ingin melihatmu bersama ari saat ini. Sudah ya hapus air matamu itu". Aku mencoba menasehati riri. Kasihan dia ternyata dia sedang disakiti oleh orang yang dulu katanya amat menyayanginya.
Tetesan air mulai mengguyur kolam. Hujan datang aku masih saja bersama riri siang itu didalam rumah-rumahan ditengah kolam ini. Menikmati dinginnya udara. Dan menikmati percikan air hujan. Aku suka menikmati hujan. Bahkan aku sangat suka akan hujan, bisa dibilang aku adalah penikmat hujan. Riri tetap bercerita tentang masa lalu nya bersama ari. Ya aku hanya sedang mendengar dan sedikit memberi semangat untuknya. Kasihan dia matanya mulai membesar akibat terlalu banyak menangis mukanya pun pucat karena dehidrasi.
Langit sore ini merah sekali. Tapi indah. Dan aku suka dengan suasana juga warnanya bahkan udaranya pun aku suka. 
"Pulang yuk ri, sudah mau magrib, kita siap-siap sholat dulu. Mandi dulu oke" aku membujuk riri agar dia mau kembali ke asrama, menggandeng tangannya dan mengusap air mata di pipinya.
Tepat sekali hari ini tanggal ini riri berpacaran dengan ari selama 1 tahun 6 bulan 12hari. Dan tepat sekali hari ini mereka memutuskan utuk tidak melanjutkan hubungan itu.
***
Terik matahari menembus celah dedaunan, bel sekolah pun nyaring berbunyi, setelah sekian lama tidak mendengarkan bel sekolah berbunyi, akhirnya hari ini aku mendengarnya. Kami semua baru saja memanfaatkan liburan kenaikan kelas di rumah masing-masing. Tidak ada yang tidak naik kelas, hanya saja ada beberapa anak dari kelas ku yang naik kelas dengan syarat-syarat tertentu, karena mereka semua tidak ada yang kurang dalam pelajaran eksak, namun mereka kurang lancer dalam menyetorkan hafalan mereka, maka syarat naikkelasnya hanya menyetorkan hafalan yang belum di setorkan.
Sebentar lagi akan ada ujian nasional untuk aku dan teman-temanku yang duduk di bangku kelas IX. Tapi lagi-lagi fikiranku tetap terbesit tentang ella. Aku sudah tidak satu kamar denganya karena aku sudah kelas IX jadi kamarku ya bersama teman 1 kelasku perempuan itu yang jumlahnya hanya 13orang.tapi aku masih bisa bertemu ella, walau hanya sebentar dan tak sesering dulu. Mungkin sekarang ini bisa dibilang 1 pekan hanya 2x atau 2hari yang benar-benar kita bertemu mengobrol. Bagaimana tidak, aku sibuk dengan persiapan ujian ku, sedangkan ella sibuk dengan kegiatan osisnya itu.
Berbulan-bulan aku tetap tak pernah menanyakan tentang rasa ella terhadap ari. Entahlah tapi aku ingin menanyakan hal itu ketika pertemuanku nanti malam bersama ella. Hanya ingin mengobrol dengannya aku rela tidur dilantai. Aku mengungsi dari kamarku ke kamar ella. Hanya untuk 1 malam ini. Dan hanya umtuk menanyakan hal konyol itu lagi.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar