Laman

Kamis, 12 Januari 2017

Fanatik Agama. Jangan di Cela !!!!

IKalian pernah dapat cemoohan orang ? Masyarakat? Teman? Atau bahkan keluarga?
Tentang kefanatikanmu terhadap agamamu.
Yaps, sore ini. Ah sebut saja malam. Disini sudah tak terlihat rona jingga, tapi bintang pun belum terlihat, hanya saja lampu jalan dan lampu kendaraan sudah mulai menerangi jalanan, makanya kusebut ini adalah malam.
Fanatik terhadap agama.
Ada yang salah dengan kalimat di atas?
Siapa yang bilang fanatik terhadap agama itu seperti teroris?
Siapa yang bilang fanatik terhadap agama itu adalah perbuatan tercela.
Hanya orang-orang yang tidak beriman yang akan mengatakan hal itu.
Hanya orang-orang yang ingkar yang bisa berkata begitu.
Dan sekali lagi hanya orang-orang yang tidak punya agama yang akan mengatakan "fanatik terhadap agama" adalah kesalahan, bahaya serta ancaman.
Coba kita check bersama, semoga tulisan ini dibaca oleh masyarakat indonesia,atau yang mengerti tentang bahasa indonesia. Nah, sekarang coba check KBBI (kamus besar bahasa indonesia).
Arti kata fanatik adalah teramat kuat kepercayaannya dan keyakinannya terhadap ajaran.
Nah,
Jadi sekarang kita coba kalau fanatik agama bagaimana jadinya.
Fanatik agama dapat diartikan sebagai teramat kuat kepercayaan dan keyakinannya terhadap ajaran agama.
Apanya yang salah dengan kalimat di atas?
Salah kah jika seseorang terlau fanatik dengan agamanya?
Oh, tentu tidak. Itu malah menjadi hal yang baik. Berarti dia sangat mencintai gamanya dan Tuhan-nya
Coba sekarang kita lebih khususkan lagi. Bagaimana dengan "orang fanatik agama islam". Coba anda pikirkan. Apa arti kalimat tersebut?.
Yaps, anda benar.
Begitulah artinya
Seseorang yang teramat kuat kepercayaan dan keyakinannya terhadap ajaran agama islam.
Dengan kata lain orang itu cinta agamanya dan cinta Allah.
Maka, dimna yang salah dari diri orang tersebut.  Jika dia memiliki kepercayaan dan keyakinan yang baik, maka biar kuberi tahu.
Bahwa seseorang dengan pemahaman dan cintanya terhadap agama yang baik, maka orang itu adalah orang yang baik, sekali lagi bahwa orang itu adalah orang baik atau mungkin orang yang mencoba menjadi baik.
Jangan pernah menghujat lagi orang-orang seperti itu, karena boleh jadi kalian bisa banyak belajar agama darinya. Jadikan teman agar langkahmu tak berbelok terlalu jauh.
Agar jalanmu tetap pada rel nya, maka jangan mencela orang-orang yang fanatik terhadap agama. Mereka punya prinsip yang kuat. Jangan-jangan kitalah yang tidak berprinsip, maka membuat kita mencela mereka.
Sekarang pahamilah, bahwa setiap umat beragama harus menjadi fanatik terhadap agamanya.
Sepakat?
Bandarlampung, 2017

Bukan Senja

Ini bukan senja
Tentang langit yang kelabu
Dalam sepersekian detik berubah hitam
Ini bukan senja
Tentang langit yang merah
Dalam sepersekian detik berubah hitam
Ini bukan senja
Tentang langit yang biru
Dalam sepersekian detik berubah hitam
Ini bukan senja
Tentang langit yang jingga
Dalam sepersekian detik berubah hitam
Tentang hitam dan kegelapan
Disana ada banyak warna
Tentang hitam dan kegelapan
Disana ada pelangi yang hilang
Jika lengkung itu terlihat
Bukan gelap dan hitam
Jika warna itu terlihat
Bukan gelap dan hitam
Namun hitam tak akan terlihat
Jika tak ada warna lain yang mengikat
Sekali lagi itu bukan senja,
Karena kegelapan telah merubahnya
Bandarlampung, 2017
Ada hal bias yang tak bisa dijelaskan lisan. Ini adalah kisah tentang ibu yang kuat. Ini adalah kisah tentang keteguhan hatinya, keikhlasan, dan kesabarannya.  Aku tak pernah menemukan wanita setangguh itu, sekalipun pada ibuku. Tapi aku percaya ibuku lebih tangguh di bidang lainnya dibandingkan wanita itu.

Namanya "Siti" dia hanyalah ibu rumah tangga, pekerjaannya tidak jelas, padahal dulunya dia adalah orang terpandang. Dia dihormati dan dikagumi oleh masyarakat disini. Ini adalah desa nya, pesisir pantai. Disinilah Siti menghabiskan hidupnya. Dia adalah kembang desa disini, sebutan itu berlaku 25 tahun yang lalu.
Diantara banyak gadis di pesisir pantai hanya Siti yang berkulit putih, bibir merah merona tanpa lipstik dan hidung yang sempurna. Dalam tujuha keturunan keluarganya pun, hanya dia yang paling bersinar. Mungkin karena doa nama dari ibunya dulu dikabulkan Tuhan.

Penerimaan

Bahwa hidup adalah tentang sebuah penerimaan, bukan pemaksaan.
Bahwa hidup adalah tentang sebuah lakon skenario, bukan keinginan.
Bahwa hidup adalah tentang sebuah kerja keras, buka ilmu sihir.
Di sini adalah dunia
Berbagai macam ancaman pasti datang silih berganti.
Di sini adalah dunia
Berbagai macam kebahagiaan pazti datang menghampiri
Di sini adalah dunia
tapi di sini adalah tempat sementara
Tidak ada kebahagiaan tanpa ke ikhlasan
Tidak ada kebahagiaan tanpa syukur
Tidak ada kebahagiaan tanpa cinta
Tidak ada kebahagiaan tanpa cerita
Biarkan kehidupanmu terbang bagai dandelion itu,
Biarkan dia seperti itu.
Maka hidupmu akan membawa manfaat dimana pun
Tugasmu adalah,
Membuat dandelion itu tumbuh wangi semerbak,
Membuat dandelion itu cantik merekah
Membuat dandelion itu pemilik warna nan elok
Maka hidup mu akan lebih bermanfaat dan dikenang
Bersabarlah, maka sabar tidak memiliki batas
Relakanlah, maka rela berdampingan dengan sabar
Ikhlaskanlah, bahwa ikhlas adalah tentang sebuah kelapangan dada
Lepangkan dadamu seperti alam semesta ini, maka setelah itu.
Peluklah erat kenangan menyedihkan
Biarkan dia menjadi buku sejarah, yang akan kita baca sebagai pembelajaran.
Hidup adalah tentang penetimaan, rasa syukur dan keikhlasan.
Bandarlampung, 12 Januari 2017

Rabu, 11 Januari 2017

.......

Derai hujan berjatuhan
Bau nyinyir mewarnai udara
Merasuk dalam penciuman
Menjadi saksi atas luka
Rintiknya tak henti
Tapi, baunya menghilang
Basah.
Rasa atas luka
Pedih

Bandarlampung, 11 Januari 2017

Selasa, 10 Januari 2017

Angan Desember

Angan dalam desember
Terbang bersama angin
Menyelinap dalam jiwa
Ternoda oleh tinta hitam beracun
Terkubur mati
Dengan jiwa yang berhamburan
Terbang bebas tak memihak
Tetesan air menusuk setiap angan
Membuka lubang luka dalam persembunyian
Tanpa peduli sakit
Dalam rinai desember
Setiap angan terbang jauh
Jemari menggenggam
Namun waktu tak memihak
Sedang hati hanya diam
Dalam angan desember
Dia harus pergi
Namun bebas menetap
Melanjutkan melodi angan
Yang tak sempat mampir dalam desember
Angan dalam desember
Biarkan ia pergi
Namun bawalah ilmu bersamanya
Bahwa desember akan berlalu
Namun angan akan tetap bersemayam


Bandarlampung, 10 Januari 2017

Senin, 09 Januari 2017

Sabar

Sabar.
Kalian tahu apa itu sabar?
Sejujurnya saya malu membahas tentang sabar. Karena sejatinya saya sendiri.bukanlah orang dengan sifat penyabar.
Sejatinya setiap manusia selalu menampakkan kesabarannya pada beberapa hal. Bukan untuk setiap hal.
Untuk apa si kita sabar?
Kalau menurut saya, adalah untuk diri kita agar lebih tenang lagi dan tidak banyak dikelilingi oleh jin jahat.
Saya pernah mendengar bahwa seseorang mengatakan "sabar itu memiliki batas".
Namun, tidak bagi saya. Karena dalam pemikiran saya yang sangat cetek dan sederhana bahwa "sabar itu tak terbatas, jika masih ada batasnya maka bukan sabar namanya"
Kesabaran ini berhubungan erat dengan kelapangan dada. Sesakit apapun hati kita jika kita ikhlas, maka akan tetap tenang hati ini.
Lalu bagaimana dengan perbedaan antara sabar dan ikhlas?
Mungkin sebagian besar dari kaian pasti tahu.
Tapi mari coba saksikan pemikiran otak saya yang dangkal dan kurang ilmu ini.
Kalau ikhlas itu merelakan. Sabar juga merelakan. Keduanya sama-sama merelakan. Jika dilihat dari dunia nyata, sabar diibaratkan menahan amarah, menenanangkan pikiran dan hati dan juga menetralkannya, merelakan dirinya tersakiti oleh musuh dan merelakan dirinya diatur oleh sang maha pencipta.  Sedangkan ikhlas diibaratkan dengan merelakan hati dan pikiran merelakan segala sesuatunya.
Sekian duku ah bahas sabarnya ...

Hati

Pada dasarnya, Allah memberikan kebaikan pada setiap hambanya. Allah menghadirkan hati yang lembut pada setiap hambya. Namun, terkadang diri mereka sendirilah yang membuat hatinya beku dan mengeras. Kesombongan, keegoisan serta lupa telah menjadi faktor penyebab hati kita mengeras.
Siapa yang sapat melunakkan hati kita ?
Ya kita sendiri.
Karena hati kita ada pada diri kita masing-masing, sehingga kunci utamanya hanyalah ada pada kita.
Hati kota bersih, itu sebab dari jiwa kita yang menjaga hatinya.
Hati kita lunak, itu juga sebab dari diri kita sendiri.
Faktor penyakit juga datang dari hati yang keras dan kotor.
Jika hati kita kotor, dipenuhi dosa, maka akan menjadi sebab mengapa kita bisa sakit.
Maka jika ingin sehat, berbuat baiklah pada sesama, pada Allah juga pada semua makhluk.
Sejahat-jahtnya manusia, pasti dia memiliki hati, maka sejahat-jahatnya mausia itu, pastilah bisa meeubah dirinya sendiri, diantara kejahatannya pasti akan tetselip kebaikan. Hanya saja kadang kita tidak lagi dapat melihat sisi baik itu.
Semoga kita tidak pernah menjudge orang dari kebiasaan buruknya.
Lihatlah diri kita terlebih dahulu, peebaiki diri kota senantiasa. Bersihkan hati kota. Ma hidup akan terasa nyaman
Bandarlampung, Januari 2017

Jumat, 06 Januari 2017

Ridho

Aku tak berdaya menghadapi dunia ini
Tuhan izinkan aku berkunjung ke rumahmu
Biarkan aku bisa menghadapi semua ini dengan ketenangan
Tuhan aku lemah, tak berdaya tanpa kekuatanmu
Tuhan jagalah aqidahku
Jagalah akhlakku
Tuhan aku ingin berkunjung ke rumahmu
Biarkan aku pergi kesana
Dan ridhoilah aku menuju jannahmu
Tuhan jika aku bisa memilih, aku ingin mengulang kehidupan ini, namun semua sudah ada di tanganmu, setiap hal yang pernah kulakukan pastilah sudah menjadi takdir dari-Mu.
Tuhan, perkenankan aku kembali, kembali padamu dalam.kebersihan dan kesucian hati. Meskipun.itu sulit.

Badarlampung 2017

Kamis, 05 Januari 2017

Masih Menunggunya 9



Hari-hari berjalan menyenangkan,tidak ada masalah tidak ada hambatan, kalaupun ada hambatan semua bias tetatasi dengan baik, komunikasi dengan ella pun masih berjlan lancer, hingga saat aku lulus dari bangku SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, aku menempuh jalur test masuk perguruan tinggi, dengan semangat yang membara untuk menggapai cita-citaku, aku yakin aku dapat mewujudkan cita-citaku, aku mengambil jurusan kedokteran, dan ternyata aku bias lolos dalm seleksi masuk perguruan tinggi, namun saat yang aku tahu bahwa kabar ini adalah kabar gembira, ternyata “tidak” aku lolos jurusan kedokteran bukanlah kabar yang baik, bukanlah kabar gembira, ibu dan ayahku tertipu uang 300 juta, dan itu adalah uang persiapan untukku masuk perguruan tinggi, entah cobaan apalagi ini, tapi aku tetap yakin pasti ada hikmah dibalik semua ini, dengan hati yang berat aku melepaskan keinginanku menjadi dokter,

Sore itu aku membaca Koran, lalu menemukan pengumuman tentang dibukanya pendaftaran sekolah kedinasan, dan penutupannya 2 hari lagi, dengan cepat aku membuka halaman web.nya lalu menyiapkan segala syarat-syarat yang dibutuhkan semua sudah siap , tinggal besok aku akan pergi ke bank untuk melakukan registrasi. Bukan hal yang mudah menembus sekkolah kedinasan itu, waktu itu setelah pulang test aku saja tidak yakin aku akan lolos, 2 minggu setelah test, pengumuman diedarkan di Koran-koran, dan ternyata aku lulus ujian tahap 1, dan biasa melanjutkan mengikuti ujian tahap 2, untuk melakukan ujian tahap 2 ini aku harus pergi ke luar kota, aku meminta izin dengan ibu dan ayah, dan mereka mengizinkan, aku menaiki bus, karena kalau harus naik kereta uang yang diberika ibu tidak akan cukup sampai pulang nanti.

Hari ini test tahap dua, lusa sudah keluar hasilnya, aku sangat senang melihat kabar itu aku lolos, dan sekolah kedinasan ini tidak memerlukan biaya banyak, karena gratis, aku langsung mencatri tempat untuk duduk dan memeberi kabar ibu dan ayah, namun saat aku berbalik arah dari papan pengumuman, alangkah terkejutnya aku, aku melihat ari, ari teman SMP ku dulu, dan dia juga lolos dalam tahap ini, jadi nantinya aku akan satu perguruan tinggi dengannya,
Ari tan[pa basa-basi mengajakku untuk mencari tempat duduk lalu berbincang-bincang, karena sudah lama sekali kitatidak pernah bertemu
“bagaimana kabarmu ra ?” ari lebih dulu bertanya
“eehh.. aku baik saja ri, kamu bagaimana?” aku balik bertanya dengannya
“baik, bukankah kamu lulus di fakultas kedokteran di universitas Indonesia ra?”
“iya ri” aku menjawab seperlunya, karena ketika ingat akan hal itu hati ini sangat sakit, dada ini semakin tersa sempit,tapi aku berusaha sebaik mungkin bersikap biasa saja dengan ari.

Bersambung ....

Masih Menunggunya 8



“Allohuakbar...Allohuakbar....”suara adzan subuh terdengar dengan suara khas muadzin, suara yang sangat merdu,dan sangat pas untuk membangunkanku dari waktu istirahat yang cukup .  dengancepat aku membuang selimut dan gulingku, lalu duduk dan segera berdiri untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh, aku membangunkan dira untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Setelah sholat aku langsung membereskan kamar, mencuci piring bekas makan tadi malam, mencuci baju, lalu menyapu kamar kostan.
“rajin sekali kamu ra ?, biasanya jam segini kamu masih saja berselimut” ella meledekku dan tertawa dengan bangganya. Aku hanya mangut-mangut dan sedikit bertingkah seperti orangsedang kesal karena ledekannya.
“iya dong, hari ini kan ara akan bertemu sahabat lamanya yang telah lama hilang” lagi-lagi dira meledekku
“ ya sudahlah terserah kamu saja dir” akhirnya aku menjawab ledekan dira.

matahari belum juga muncul, tapi aku telah siap untuk marathon kea rah sekolah, tanpa di temani siapapun, aku menghentakkan kaki dijalan berlari-lari kecil. Sambil mendengarkan music di mp3 ku dengan earphone. Menyapa ibu-ibu yang hendak pergi berdagang dipasar, dan bapak-bapak pergi ke ladang. 20 menit te;lah berlalu, dan tanggul sungaisudah terlihat, suara gemercik air juga mulai terdengar saaat aku mulai melepas earphone yang menepmel ditelingaku. Aku rinddu dengan suara itu, walaupun aku tidak pergi jauh tapi aku tetep saja tidak pernah mengunjungitempat ini lagi setelah 4 bulan lamanya. Aku langsung berlari ke tepian sungai dan menunggu ella datang.

Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki, seorang wanita mengenakan jilbab biru berbunga-bunga. Ya itu adalah ella, jelas berbeda dia denganku aku selalu berdandan sederahan, tapi kalau ella jangan ditanya, dia adalah wanita sejati, suka berdandan, tidak sepertiku.
“assalamualaikum ara” ella menyapaku dari kejauhan
“waalaikumsalam warahmatullohi wabarakatuh” seperti biasa aku selalu menjawab salam dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal.

Ella duduk tepat disampingku, dan langsung memasukkan tangannya kedalam air sungai yang jernih. Aku tidak akan basa-basi lagi, pertanyaan yang dulu sangat aku tunggu jawabannya.
“la, bagaimana perasaan yang kamu rasakan dulu, tentangari ?”
“aaa...eee.. ti .. tidak tahu ra “ ella menjawabnyadengan gugup, lalu tersenyum getir.
“hhaah? Bagaimana bias tidak tahu la, atau jangan-jangan sudah tidak ada lagi perasaan itu ? sudah menghilang begitu saja? Syukurlah kalau memang begitu, jadi kamu bias lebih focus pada ujian nasionalmu yang tinggal 5 bulan lagi.” Aku dengan cepat mengambil kesimpulan.
“tidak ra, kamu tahu sampai saat ini aku masih sanggup menyimpan rasa itu, aku masih menyimpannya didalam sini” ella menggenggam jemarinya lalu meletakkannya di dada,
“aku tidak bisa melupakannya, terlebih lagi ada sesuatu yang kamu tidak tahu selama ini” ella bercerita dengan baik
Air mata ella mulai berjatuhan di pipi, aku hanya membiarkannya saja menangis, karena ella pernah bilang “ketika aku menangis, seperti apapun keadaannya biarkan saja aku menangis, karena bagiku, tangisanku, tetesan air mataku ini adalah kesedihanku yang nantinya akan keluar dan menghilang.”.
“dulu kak ari pernah datang kesekolah untuk mengambil legalisir ijazah, ketika itu aku sedang di ruang kepala sekolah, untuk meminta izin mengikuti lomba tingkat nasional. Dan saat itu pula aku bertemu dengan kak ari,” ella mualai bercerita.
Dan aku sangat terkejut dengan hal ini “ lalu” aku bertanya dan meminta ella melanjutkan ceritanya.
“pagi itu aku datang ke ruang kepala sekolah, untuk meminta izin mengikuti lomba tingkat nasional, ada lomba design grafis tingkat smp se Indonesia. Hampir 30 menit aku menjelaskan persyaratan dan ketentuan lomba kepada kepala sekolah, tiba-tiba datanglah kak ari,
“assalamualaikum....” ari datang dan langsung membuka pintu ruang kepala sekolah. Bagaimana aku tidak terkejut ra, rasanya itu seperti mimpi, benar-benar hal yang sangan tidak mungkin aku dapat berjumpa kembali dengannya” ella menuturkannya dengan perasaan sangat bahagia.
“kamu tahu ra, apa yang terjadi setelah, kak ari berbicara dengan kepala sekolah ?, kepala sekolah meninggalkan kami di ruangannya, karena kepala sekolah harus segera mencari ijazah di dalam ruang lemari berkas-berkas sekolah”. Memang lemari berkas di sekolahan kami tidak jauh, masih dalam saturuangan dengan ruang kepala sekolah. “kak ari mulai bertanya kabar ku, kabar osis, dan juga kabar perkembangan asrama” ella sangatb senang, mukanya memerah lesung pipi nya mulai terbentuk, alangkah sungguh aku tahu ella sangatlah suka dengan hal ini, dan hal ini seperti sebuah kado terindah bagi ella.
“ra, bukan tentang kak ari bertanya kabarku, kabar osisi, atau berbincang dengan ku yang membuat ku sangat senang adalah ketika aku melihat pergelangan tangan kanannya, sungguh pemandangan yang menakjubkan, dia memakai jam tangan hadiah kenangan dari ku dulu”
Menarik sekali cerita ella kali ini, benar-benar aku tidaktahu akan serumit ini kejadian yang akan menimpanya. Aku tidak akan menanyakan apakah dia masih menunggu aria tau tidak, karena sudah sangat jelas sekali ella pasti masih tetap menunggu ari, masih tetap menerima perasaan itu datang, dan semakin memebesar.
“ra, sampai saat ini aku masih tetap yakin, dan percaya tidak aka nada yang sia-sia saat aku tulus menunggunya. Maka ra, menurutmu, bagaimana kalau aku akan setia menjaga perasaan ini, bagaimana kalau aku akan selalu menyimpannya baik-baik dalam hati ra ?” ella menatapku, lalu menggenggam tangnku, seperti meminta permohonan.
“menurutku ya, boleh saja la, silahkan simpan perasaan itu, dan jaga dengan baik perasaan itu, tapi la, selama kamu menyimpannya mungkin kamu harus bias mengendalikan tumbuhnya perasaan itu, ingat la, bahwasannya ada Zat yang maha membolak-balikkan hati, ada Zat yang maha segalanya, ketika memang seudah berusaha untuk mengurangi perasaanmu itu, dan hasilnya nihil maka, cobalah untuk berhenti mebesarkan perasaan itu, aku hanya tidak mau kamu akan jatuh ke dalam jurang yang sangat curam, kita tidak akan pernag tahu kan akan bagaimana kisah kita nantinya, sama seperti yangsudah pernah ku ucapkan, “kita tidak pernah tahu, akan bagaimana kita menutup hari ini, akankah dengan senyuman lebar, tertawa terbahak-bahak, sedih, atau mungkin sedih sampai menangis sejadinya, maka dari itu janganlah menyukai seseorang dengan berlebihan, namun cintailah, Yang Maha mencintai dengan berlebihan dan kamu tidak akan pernah merasa kecea kepadaNYA” aku mencoba menasehati ella sebisa mungkin, agar ella tidak akan merasakan kekecewaan yang luar biasa yang nantinya akan membuat hidup ella membenci ari seumur hidupnnya.

Terik matahari semakin tinggi, semakin panas, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 10.30, setelah selesai menghabiskan cerita-cerita tentang ella dan ari, tentang guru baru, tentang murid yang ketahuan keabur, dan tentang sekolaha juga asrama yang banyak direnovasi, aku pamit pulang dengan ella, karena ada banyak hal yang harus aku lakukan setelah pulang dari sini, aku harus mengerjakan tugas-tugas yang akan dikumpul 2hari lagi. Di tenngah perjalanan sambil menikmati perjalanan jauh ini, aku berusaha menarikbeberapa kesimpulan, yangpertama bahwa sekolah kami maju pesat, sekolah kami benar-benar sekolah yang luar biasa, peraturan demi peraturan di sekolah ditambahkan agar siswa-siswa baru  lebih disiplin lagi. Guru-guru yang berkulaitas semakin banyak mengajar disekolahan, yang dulunya sekolah kami kepalasekolah juga staf-staf tata usaha harus merangkap jadi guru, namun sekarang sudah tidak lagi, mereka memegang tanggung jawab mereka masing-masing, sesuai dengan kemampuan mereka. Dan kesimpulan tentang ella adalah “Ella masih menunggu ari, Ella masih menyimpan baik perasaan itu.

Bersambung....

Masih Menunggunya 7



Matahari pagi ini tak juga muncul, namun awan pagi ini tetap putih rata. Diseluruh ujung mata memandang awan yang terlihat tetaplah putih. Mungkin akan turun hujan pagi ini. Pagi ini aku harus belanja ke pasar, membeli sayuran dan makanan-makanan ringan. Jalan kaki bersama tetangga kamar ke pasar itu juga hal yang mengasyikkan, untuk mengisi kekosongan, kami sengaja tidak membawa payung walaupun tahu akan segera turun hujan.”dira” itulah nama tetangga kamarku, kami sama-sama menyukai hujan, itulah alasannya mengapa kami sengaja tidak membawa payung, alas an yang sangat sederhana, kami ingin bermain hujan-hujanan sama seperti dulu waktu kecil. Jarak antara pasar dengan kos-kosan tempatku tinggal sekitar 0,5km. Lumayan jauh tapi dihitung saja sebagai pengganti pelajaran olah raga minggu ini. Karena guru olah raganya tidak hadir. Setelah hamper 20 menit berjalan kaki, akhirnya sampai juga kami di pasar. Tanpa menunggu lama kami langsung belanja keperluan yang kami butuhkan. Setelah 30 menit kami mencari sayuran kami memutuskan untuk melihat-lihat sepatu di took sepatu.

Aku mencari-cari sepatu, yang mungkin bisa digunakan untuk jalan-jalan ketika ada agenda. Aku mengambil sepatu ballet warna putih dengan lis biru dan pita biru.
“dira, menurut kamu ini bagus tidak, untuk ku ?” aku menarik tangan dira untuk menunjukkan sepatu pilihanku
“bagus kok ra, cocok untuk kamu” dira mnyelidiki sepatu itu dengan memeriksa dalam-dalam sepatunya.
“bang, yang ini berapa harganya ?” tanpa berpikir panjang dira langsung bertanya pada pedagang took tersebut untuk menyanyakan harganya
“ itu murah kok dek hanya 50.000 saja” penjual sepatu itu berusaha meyakinkan dira
“aahh abang ini, masa sepatu seperti ini 50.000 bang ?, tidak bias kurang lagi bang harganya?” dira mulai mengeluarkan jurus jitunya yaitu tawar menawar dengan pedagang.
“ bias dek”
“ beapa harga pasnya bang ?”
“kuarangin 5.000 dek, jadi 45.000, gimana ?”
“lah bang harga pasnya masa 45.000? masih mahal pula itu bang”
“25.000 deh bang, saya ambil” tegas dira kepada pedagang sepatu itu
“waah dek belum dapet loh kalau 25.000, ya sudah tambah 10000 saja dek, bagaimana? Pedaganag itu tetap tidak mau untung sedikit
“tidak lah bang, tidak jadi kalau begitu” dira langsung menarik tanganku, untuk meninggalkan toko tersebut. Tidak lama kemudian, dengan cepat pedagang sepatu tersebut menawarkan kami “ baiklah dek sini ambil saja sepatu ini 25000”
Tanpa berpikir panajang kami pun langsung kembali ke toko sepatu.
“No. Sepatu yang dipakai berapa ?” pedagang tersebut bertanya untuk mengambilkan ukuran sepatu yang pas,
“40 bang, ada tidak “ dengancepat dira menjawab
Aku bingung, aku tahu ukuran sepatunya dira kan 37 tapi kenapa dia ambil ukuran 40,
“dira bukannya, ukuran sepatu kamu itu 37?” aku mencoba bertanya
“ iya karena itu sepatu bukan untuk ku ara “ diramenjawabnya denganm senyum lebar dan menatapku .
“oooh begitu “ jawabku singkat.
Setelah ukuran sepatu 40 ditemukan oleh pedagang, dengan cepat dira membayarnya dengan uang pas, agar kami tidak menunggu pedagang itu mengambilkan kembaliannya.

“nih ra, sepatu ini untuk kamu, yahh sebagai hadiah ulang tahun mu kemari ra” dira menyodorkan kantung plastic yang ada ditangan kanannya.
“untuk ku ra ??, terimakasih ya ra” aku menjulurkan tangan untuk menerima hadiah dari dira.
Itulah dira, teman dan tetangga kamar yang baik, selalu membantu ketika aku sedang dalam kesuliatan. Walaupun kami tidak satu sekolah, tapi kami sangat akrab.
“kamu lapar tidak ra ?” dira memegang perutnya yang mungkin sudah mulai protes karena telat makan
“ iya dir, lapar. Kita cari makan saja yuk” ajakku, dengan menggandeng tangan dira, dan mulai mencari makanan.
“ra, kita makan mie ayam ditempat itu saja yuk” dira berhenti dan menunjuk kea rah penjuak mie ayam di ujung pasar. Dan aku mengingatnya dengan jelas, ini adalah mie ayam favoritku dengan Ella. Setiap 2 minggu sekali kami pasti mengunjungi penjual mie ayam ini, untuk menikmati lezatnya mie ayam yang dijualnya.
“baikalah ayooo kita makan disana” tanpa berpikir panjang aku langsung menarik lengan dira.
“mie ayam dua bu dimakan disini” aku memesan mie ayam pada pedagangnya. Dan langsung menyusul duduk disebelah dira.
Sambil menunggu mie ayam, kami asyik berbincang, apapun itu, bahakan hal yang tidak penting pun kami jadikan bahan perbincangan, seperti ada teman yang kentut di kelas, atau ada teman yang kena marah karena tidak mengerjakan tugas.

“bu mie ayam 12, dibungkus ya “ seorang pembeli dating untuk memesan, dan aku secara spontan langsung menengok kea rah pembeli tersebut, wajar saja aku kaget, bagaimana tidak, pembeli tersebut memesan sebanyak itu , alangkah banyaksekali.
Haaa- aku kaget bukan hanya karena pesanannnya yang seabreg tapi karena melihat pembelinya. Pembelinya adalah Ella, teman dekatku dulu. Dan dengan cepat aku menyapa nya
“Ella”
“araaa?? Bagaimana kabarmu ?” ella terkejut melihatku, dan langsung mendekatiku

Tetes demi tetes air hujan jatuh, dan lama-lama hujan turun deras,hujan sepertinya menyetujui pertemuanku dengan ella di kedai mie ayam ini.
Kali ini pepatah benar, ketika massanya bertemu, seperti apapun keadaannya pastilah akan bertemu. Dan inilah yang terjadi, aku bertemu dengan ella setelah sekian lama tidak pernah bersua.
Aku memperkenalkan dira kepada Ella
“la, kenalkan ini dira, teman ku”
“tema satu sekolah?” ella menyelidik ingin tahu
“ bukan ra, tapi teman tetangga kamar, dan dira inilah yang selama ini membantu ku ketika sedang dalam maslah , tapi la, dira ini sedikit mirip dengan mu sikapnya” aku menjelaskan dengan detail seperti apa dira.
“ooh begitu, salam kenal kak dira” ella menuntun tangannya untuk bersalaman.
“iya la, ara sering sekali bercerita tentangmu, dan sering menjadikanmu contoh inspirasi untuk teman-temannya, kau hebat sekali la” ujar dira dengan wajah antusias menjelaskan sikapku terhadap kenangan bersama ella.
“lagian la.....kenapa kamu membeli mie ayam sebanyak itu.....mmmmmm....Banyak yang pesan ya di asrama” aku bertanya dengan mengunyah makanan didalam mulutku.
“telan dulu itu mie mu ra, baru bertanaya” ella memarahiku.
“iya, mereka semua suka dengan mie ayam ini, aku sering membeli mie ayam disini sekarang, setelah 2 bulan aku tidakpernah beli, karena tidaka ada teman yang mau ku ajakmembeli mie ayam disini, tapi setelah mereka tahu satu per satu rasa mie ayamnya akhirnya mereka ketagihan, dan itu membuatku jadi tukang antar pesanan mie bagi mereka.” Ella menjelaskan panjang lebar.
Setelah lam bercerita, menceritakan hal-hal baru di asrama dan disekolah, akhirnya hujan berhenti, dan hanya menyisakan air yang menggenangi tanah. Berhentinya hujan itu tandanya pertemuanku dengan ella harus cukup sampai disini, dan disambung dilain waktu.
“ara besokkamu libur kan ?” ella berdiri daritempat duduknya dan menatapku.
“iya lah la, besok kan tanggal merah, jadi pasti libur” jawabku santai dengan mengusap ingus yang keluar karena tidak tahan denganpedas nya sambal mie ayamku ini.
“besok bias kita ketemu?, jarak antara kostan mu denga sekolah, bukankah tidak terlalu jauh?, ayolah kita marathon dansambil bercerita banyak hal” ella membujukku
“baiklah, jam 6.00 aku akan keluar untuk marathon ke sekolah” aku dengan cepat menyetujuinya

Bersambung .....