Matahari pagi ini tak juga muncul, namun awan pagi ini tetap putih
rata. Diseluruh ujung mata memandang awan yang terlihat tetaplah putih. Mungkin
akan turun hujan pagi ini. Pagi ini aku harus belanja ke pasar, membeli sayuran
dan makanan-makanan ringan. Jalan kaki bersama tetangga kamar ke pasar itu juga
hal yang mengasyikkan, untuk mengisi kekosongan, kami sengaja tidak membawa
payung walaupun tahu akan segera turun hujan.”dira” itulah nama tetangga
kamarku, kami sama-sama menyukai hujan, itulah alasannya mengapa kami sengaja
tidak membawa payung, alas an yang sangat sederhana, kami ingin bermain
hujan-hujanan sama seperti dulu waktu kecil. Jarak antara pasar dengan
kos-kosan tempatku tinggal sekitar 0,5km. Lumayan jauh tapi dihitung saja
sebagai pengganti pelajaran olah raga minggu ini. Karena guru olah raganya
tidak hadir. Setelah hamper 20 menit berjalan kaki, akhirnya sampai juga kami
di pasar. Tanpa menunggu lama kami langsung belanja keperluan yang kami
butuhkan. Setelah 30 menit kami mencari sayuran kami memutuskan untuk
melihat-lihat sepatu di took sepatu.
Aku mencari-cari sepatu, yang mungkin bisa digunakan untuk jalan-jalan
ketika ada agenda. Aku mengambil sepatu ballet warna putih dengan lis biru dan
pita biru.
“dira, menurut kamu ini bagus tidak, untuk ku ?” aku menarik tangan dira untuk menunjukkan sepatu pilihanku
“dira, menurut kamu ini bagus tidak, untuk ku ?” aku menarik tangan dira untuk menunjukkan sepatu pilihanku
“bagus kok ra, cocok untuk kamu” dira mnyelidiki sepatu itu dengan
memeriksa dalam-dalam sepatunya.
“bang, yang ini berapa harganya ?” tanpa berpikir panjang dira langsung
bertanya pada pedagang took tersebut untuk menyanyakan harganya
“ itu murah kok dek hanya 50.000 saja” penjual sepatu itu berusaha
meyakinkan dira
“aahh abang ini, masa sepatu seperti ini 50.000 bang ?, tidak bias
kurang lagi bang harganya?” dira mulai mengeluarkan jurus jitunya yaitu tawar
menawar dengan pedagang.
“ bias dek”
“ beapa harga pasnya bang ?”
“kuarangin 5.000 dek, jadi 45.000, gimana ?”
“lah bang harga pasnya masa 45.000? masih mahal pula itu bang”
“lah bang harga pasnya masa 45.000? masih mahal pula itu bang”
“25.000 deh bang, saya ambil” tegas dira kepada pedagang sepatu itu
“waah dek belum dapet loh kalau 25.000, ya sudah tambah 10000 saja dek,
bagaimana? Pedaganag itu tetap tidak mau untung sedikit
“tidak lah bang, tidak jadi kalau begitu” dira langsung menarik
tanganku, untuk meninggalkan toko tersebut. Tidak lama kemudian, dengan cepat
pedagang sepatu tersebut menawarkan kami “ baiklah dek sini ambil saja sepatu
ini 25000”
Tanpa berpikir panajang kami pun langsung kembali ke toko sepatu.
“No. Sepatu yang dipakai berapa ?” pedagang tersebut bertanya untuk
mengambilkan ukuran sepatu yang pas,
“40 bang, ada tidak “ dengancepat dira menjawab
Aku bingung, aku tahu ukuran sepatunya dira kan 37 tapi kenapa dia
ambil ukuran 40,
“dira bukannya, ukuran sepatu kamu itu 37?” aku mencoba bertanya
“ iya karena itu sepatu bukan untuk ku ara “ diramenjawabnya denganm
senyum lebar dan menatapku .
“oooh begitu “ jawabku singkat.
Setelah ukuran sepatu 40 ditemukan oleh pedagang, dengan cepat dira
membayarnya dengan uang pas, agar kami tidak menunggu pedagang itu mengambilkan
kembaliannya.
“nih ra, sepatu ini untuk kamu, yahh sebagai hadiah ulang tahun mu
kemari ra” dira menyodorkan kantung plastic yang ada ditangan kanannya.
“untuk ku ra ??, terimakasih ya ra” aku menjulurkan tangan untuk
menerima hadiah dari dira.
Itulah dira, teman dan tetangga kamar yang baik, selalu membantu ketika
aku sedang dalam kesuliatan. Walaupun kami tidak satu sekolah, tapi kami sangat
akrab.
“kamu lapar tidak ra ?” dira memegang perutnya yang mungkin sudah mulai
protes karena telat makan
“ iya dir, lapar. Kita cari makan saja yuk” ajakku, dengan menggandeng
tangan dira, dan mulai mencari makanan.
“ra, kita makan mie ayam ditempat itu saja yuk” dira berhenti dan
menunjuk kea rah penjuak mie ayam di ujung pasar. Dan aku mengingatnya dengan
jelas, ini adalah mie ayam favoritku dengan Ella. Setiap 2 minggu sekali kami
pasti mengunjungi penjual mie ayam ini, untuk menikmati lezatnya mie ayam yang
dijualnya.
“baikalah ayooo kita makan disana” tanpa berpikir panjang aku langsung
menarik lengan dira.
“mie ayam dua bu dimakan disini” aku memesan mie ayam pada pedagangnya.
Dan langsung menyusul duduk disebelah dira.
Sambil menunggu mie ayam, kami asyik berbincang, apapun itu, bahakan
hal yang tidak penting pun kami jadikan bahan perbincangan, seperti ada teman
yang kentut di kelas, atau ada teman yang kena marah karena tidak mengerjakan
tugas.
“bu mie ayam 12, dibungkus ya “ seorang pembeli dating untuk memesan,
dan aku secara spontan langsung menengok kea rah pembeli tersebut, wajar saja
aku kaget, bagaimana tidak, pembeli tersebut memesan sebanyak itu , alangkah
banyaksekali.
Haaa- aku kaget bukan hanya karena pesanannnya yang seabreg tapi karena
melihat pembelinya. Pembelinya adalah Ella, teman dekatku dulu. Dan dengan
cepat aku menyapa nya
“Ella”
“araaa?? Bagaimana kabarmu ?” ella terkejut melihatku, dan langsung
mendekatiku
Tetes demi tetes air hujan jatuh, dan lama-lama hujan turun deras,hujan
sepertinya menyetujui pertemuanku dengan ella di kedai mie ayam ini.
Kali ini pepatah benar, ketika massanya bertemu, seperti apapun
keadaannya pastilah akan bertemu. Dan inilah yang terjadi, aku bertemu dengan
ella setelah sekian lama tidak pernah bersua.
Aku memperkenalkan dira kepada Ella
“la, kenalkan ini dira, teman ku”
“tema satu sekolah?” ella menyelidik ingin tahu
“ bukan ra, tapi teman tetangga kamar, dan dira inilah yang selama ini
membantu ku ketika sedang dalam maslah , tapi la, dira ini sedikit mirip dengan
mu sikapnya” aku menjelaskan dengan detail seperti apa dira.
“ooh begitu, salam kenal kak dira” ella menuntun tangannya untuk
bersalaman.
“iya la, ara sering sekali bercerita tentangmu, dan sering menjadikanmu
contoh inspirasi untuk teman-temannya, kau hebat sekali la” ujar dira dengan
wajah antusias menjelaskan sikapku terhadap kenangan bersama ella.
“lagian la.....kenapa kamu membeli mie ayam sebanyak itu.....mmmmmm....Banyak
yang pesan ya di asrama” aku bertanya dengan mengunyah makanan didalam mulutku.
“telan dulu itu mie mu ra, baru bertanaya” ella memarahiku.
“iya, mereka semua suka dengan mie ayam ini, aku sering membeli mie
ayam disini sekarang, setelah 2 bulan aku tidakpernah beli, karena tidaka ada
teman yang mau ku ajakmembeli mie ayam disini, tapi setelah mereka tahu satu
per satu rasa mie ayamnya akhirnya mereka ketagihan, dan itu membuatku jadi
tukang antar pesanan mie bagi mereka.” Ella menjelaskan panjang lebar.
Setelah lam bercerita, menceritakan hal-hal baru di asrama dan
disekolah, akhirnya hujan berhenti, dan hanya menyisakan air yang menggenangi
tanah. Berhentinya hujan itu tandanya pertemuanku dengan ella harus cukup
sampai disini, dan disambung dilain waktu.
“ara besokkamu libur kan ?” ella berdiri daritempat duduknya dan
menatapku.
“iya lah la, besok kan tanggal merah, jadi pasti libur” jawabku santai
dengan mengusap ingus yang keluar karena tidak tahan denganpedas nya sambal mie
ayamku ini.
“besok bias kita ketemu?, jarak antara kostan mu denga sekolah,
bukankah tidak terlalu jauh?, ayolah kita marathon dansambil bercerita banyak
hal” ella membujukku
“baiklah, jam 6.00 aku akan keluar untuk marathon ke sekolah” aku
dengan cepat menyetujuinya
Bersambung .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar