Laman

Rabu, 28 Maret 2018

Why??? Why you always ask me why?

Keterkaitan antara pertanyaan kenapa dengan sebuah pemaksaan???

Awalnya aku ngga pernah berpikir tentang hal itu,  sebuah keterkaitan yang aku sendiri ngga paham dimana letaknya. Sampai suatu ketika,  ada seseorang yang punya masalah kemudian datang di hadapanku.

Begini kisahnya,  Dia tidak ingin mengikuti proses pendidikan di sebuah perguruan tinggi ternama,  padahal langkahnya hanya tinggal ikut proses pembelajaran saja. Namun orang tuanya sangat menginginkan hal tersebut terjadi,  yaitu melihat anaknya mencari ilmu di tempat favorit kalangan siswa SMA,  tak perlu kusebutkan nama PTN nya,  sesuaikan saja dengan PTN yang kalian dambakan. Hingga pertanyaan kenapa dan mengapa selalu saja hadir pada setiap percakapan di meja makan. Awalnya dia menjawab,  aku tak berniat Mah untuk melanjutkan pendidikan di sana. Tapi,  orang tuanya tetap memberikan pertanyaan kenapa? Seperti tak pernah puas dengan jawaban anaknya.
"Coba berikan pada kami alasan yang bisa kami terima."
Sebagai seorang anak,  maka tugasnya adalah mencari ridho orang tuanya,  namun bukan berarti menjalani semua yg diinginkan orang tua. Karena terkadang,  kita punya berbagai pendapat dan pemikiran yang berbeda dengan orang tua kita.

Singkat cerita, dia memberikan jawaban bahwa dirinya tak ada keinginan dan keterkaitan dengan PTN dan jurusan kuliah tersebut. And than,  dia bilang bahwa dia sudah coba untuk istikharah,  tapi yang didapat hanyalah keraguan demi keraguan dalam dirinya. Di lain kesempatan, ada Perguruan tinggi kedinasan yang ia dambakan muncul dihadapannya.

Tapi,  apalah arti sebuah mimpi jika orang tua saja seperti tak meridhoi. Sampai pada pertemuan dilema,  pemilihan kedua perguruan tinggi tersebut.

Orang tuanya kembali menanyakan bagaimana jika dia mengambil PTN pilihan orang tuanya. Namun,  dia tetap bertahan dengan jawabnnya "tidak". Sehingga pertanyaan "mengapa" juga kembali muncul dihadapannya melalui lisan orang tuanya. Masih dengan jawaban yang sama bahwa dia masih ragu.

Hari berikutnya,  orang tuanya mencoba untuk bertanya kembali.

Karena sudah lelah dengan jawaban "tidak" maka kali ini dia datang dengan jawaban "iya", awalnya hanya ingin tahu apakah orang tuanya benar-benar tulus dalam bertanya atau ini hanya sebuah pemaksaan yang dibungkus dalam pertanyaan???

Sayang sekali,  orangtuanya bahkan langsung menerima jawabannya tanpa bertanya "mengapa" lagi.

Kenapa sampai pertanyaan itu tidak lagi muncul? Kuat dugaan saya adalah karena sesungguhnya orang tuanya hanya ingin jawaban anaknya sama dengan jawaban mereka. Menurut pandangan saya,  hal semacam itu merupaka salah satu sikap egois yang dimiliki orang tua terhadap anak.

Jika memang itu keinginan orang tua,  alangkah lebih bijaknya bila tetap bertanya alasannya meskipun jawabannya sesuai atau tidak.

Siapa tahu jawaban yang berbeda atau jawaban yang sama adalah jawaban yang keluar karena rasa "takut atas sebuah pemaksaan"

Kasih komentar ya,  kali aja aku salah dalam beropini ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar