Laman

Sabtu, 03 Februari 2018

PULANG KAMPUS TAK BAWA APAPUN



Ini hanya sebuah kisah tentang apa ang telah lalu terjadi, bagaimana aku menghabiskan waktuku dalam meunggu sebuah hasil, yang nyatanya harus hadir di waktu yang tepat. Tanpa menyalahkan siapapun dan apapun, aku percaya bahwa semua ini adalah bagian dari rencana Allah. Aku sebagai atis yang terpilih memainkan peran hanya harus berusaha menampilkan yang terbaik.

PULANG KAMPUS TAK BAWA APAPUN

Hanya kisah tentang seorang ayah yang menari diatas kepalaku.

Setelah berjam-jam, aku menunggu seseorang. Aku ingin menyebutnya AYAH.
Matanya yang redup, lelah setelah bertarung melawan debu.
Warna jaketnya pudar setelah tersiram teriknya matahari berkali-kali.
Tangannya penuh debu
Bertaruh nyawa bersama jalanan
Mencari nafkah untuk si kecil dan juga permaisyuri
Betapa hidupnya penuh dengan perjuangan

Bukan, dia bukan ayahku….
Dia adalah ayah dari seorang bidadari kecilnya,
Seorang ayah bagi bidadari kecilnya dan seorang pendidik bagiku

Aku tahu,
Bahkan terkadang di lorong gedung ini
Kusaksikan langkahnya…
Yang selalu dihantui keburu-buruan

Aku yang sekarang seolah merasa paling berhak atas dirinya
Hatiku merunta,
Menuntut sebuah keadilan

Tidakkah aku mengerti semua itu,
Penantianku dihadapannya
Mungkin hanya menyulitkan hidupnya,
Pikirannya,
Atau pandangannya…

Rasa bersalah itu pasti ada dalam pikirannya
Tapi….
Seperti yang kulihat
Bahwa aku bukanlah prioritas
Sehingga aku harus mundur tanpa batas dan bekas

Melangkah mundur bukan berarti aku kalah
Tapi, setelah usaha dan perjuangan
Melangkah mundur adalah sebuah pemahaman,
Pemahaman atas dirinya yang memiiki kesibukan
Pemahaman atas bidadari kecil yang siaga menunggu celotehnya di rumah,
Pemahaman atas diriku
Yang bukan menjadi prioritas.

Maka, aku mengerti
Bahwa
Pulang dari kampus tak membawa hasil apapun adalah sebuah penerimaan dan pemahaman yang harusnya lebih kau pahami.

(November, Di lorong gedung tempat kami para mahasiswa tingkat akhir menunggu dan berjuang)