Bagaimana rasa gemetar itu hadir saat kita merasa
belum siap menghadapi sesuatu. sejak hari itu, dimana aku mendapat kabar
bahagia darinya. Aku bahkan tak sanggup menghadapinya, merasa waktu satu minggu
masih kurang untuk menampilkan sesuatu yang indah. Meskipun tidak munafik bahwa
kabar ini adalah harapanku selama lima bulan lalu. Aku mencoba mempersiapkan
segalanya selama satu minggu, tapi tuhan selalu punya skenario yang menurutnya
paling baik untuk ku jalani.
Hari pertama adalah kamis. Seharusnya aku sudah
bersiap menyiapkan draf proposalku, tapi ekspektasiku terlalu tinggi setelah
diberi kabar seminar itu. Dalam ekspektasi aku menuliskan hari ini adalah hari
pengumpulan draf teman-teman yang pernah proposal, dengan tujuan agar aku bisa
mempelajari banyak hal dari draf mereka, tapi sayangnya setelah aku menghubungi
bebrapa teman yang menurutku punya penelitian yang sejenis tak ada yang bisa
kutemui hari ini. Akhirnya aku memutuskan untuk merubah jadwal. Dan jadwal
kamis kuganti dengan membaca buku dan memeriksa beberapa kesalahan penulisan
dalam daf proposalku.
Hari kedua adalah jumat. Hari paling berkah, jadi aku
mengisinya dengan hal yang bermanfaat. Its time to mengaji, aha
berkumpul bersama orang-orang kece yang penuh ilmu Allah selalu menjadi hal
yang paling mengasyikkan. Selain menghadiri majelis ilmu, aku berencana untuk
meminta file teman-teman. Sayangnya mereka baru bisa ditemui nanti malam.
Pukul 17.00 WIB satu pesan singkat di ponsel,
membawaku pulang kembali ke alam nyata. Mataku masih berusaha mengumpulkan
energi untuk membuka dan melihat dunia. Pengasuh asrama yang kirim pesan,
perintah mengajar. Jadilah malam ini ku coret lagi agenda untuk merevisi draf
proposal. Aku harus mendahulukan kewajibanku. Menyalurkan ilmu yang serba
seadanya. Hingga akhirnya agenda itu benar-benar harus dicoret, karena sepulang
dari asrama tubuhku meminta haknya.
Hari ketiga adalah Sabtu. Bangun pagi, cari makan
siang gratis nih. Sudah lima hari yang lalu aku mendapatkan udangan menghadiri
acara junior di jurusan. Acara ini disebut dengan jalan-jalan bersama
pembimbing akademik, yah lumayan bagi anak kos seperti saya yang pasti langsug
tertarik mendengar dapat makan siang gratis. Acara ini tidak membuat agendaku
tercoret di hari sabtu, karena ini bukan acara yang tidak terencana.
Hari keempat adalah hari minggu. Hari ini pun sama. Aku
harus bangun pagi untuk menghadiri acara workshop kepenulisan. Lagi-lagi ini
adalah acara gratis, sehingga membuat minatku melonjak naik karena ada makan
siang gratis. Haduuh maaf aku hobi makan, tapi aku hanya sebatas anak kosan
yang hobi dapat gratisan jadilah ikut acara ini.
Eng ing eng…. Eh ini mah
uncle kali ya? huft ini adalah acara kepenulisan bersama FLP Lampung, so
aku pikir siapa tahu bisa daftar member FLP kan? Menambah ilmu kepenulisan di
dunia nyata. Hehe. Oke ini akan dijelaskan lebih lanjut di tulisan berikutnya. Oh
iya, acara ini memakan waktu lama dan membuat tubuhku kembali meminta haknya
saat malam tiba. Ing eng, mataku tertutup dan tubuhku sudah berbalut selimut.
Hari kelima adalah hari senin. Bangun pagi yang tidak
enak. Langsung ingat bahwa hanya tinggal tiga hari lagi aku akan menuju
seminar. Aku belum selesai mengoreksi draf dan belum membuat powerpoint untuk
presentasi. Aku harus segera bergerak. Tapi tiba-tiba ada yang membuatku tak
nyaman menghadapi hari-hari ini. Adalah sebuah kecemasan yang tinggi, karena
merasa tidak menyiapkan seminar dengan baik. Akhirnya aku berkirim pesan pada
sahabt-sahabatku.
“Guys, aku deg deg an banget nih. Takut kena
marah sama bu Titi dan bu Ila” begitulah pesan yang kukirim di group “CnG”
sebut saja begitu.
“Memang bu Titi dan bu Ila pernah marah waktu seminar”
salah seorang teman membalas chatingku dengan cepat. Aku berpikir sejenak,
benar juga beliau tidak pernah marah saat seminar, hanya saja beliau selalu
memberikan perbaikan, itu wajar kan? Aku kembali tenang. Pesan-pesan lain mulai
bermunculan, memberikan semangat dan doa. Hatiku mulai tenang. Dan malam ini juga
akhirnya selesai sudah draf proposalku.
Hari keenam adalah hari selasa. Hari pengumpulan draf
proposal. Kalian tahu malam sebelum aku menutup mata untuk tidur. Otakku masih
memikirkan tentang lampiran dalam draf proposalku. Dan saat aku membuka selurh
file lampiran, ternyata lampiranku pun belum selesai direvisi. Aku mengeluh
dengan tim skripsiku. Bagaiaman tidak? Kemarin aku meminta dia mengoreksi, dan
dia menjawab sudah bagus dan sesuai semua, setelah kubuka ternyata zonk.
Maka pembukaan hari selasa adalah merevisi lampiran. Kemudian disusul dengan
mencetak draf. Akhirnya sampai pada agenda pengumpulan draf. Aku dan tim
skripsiku menemui dosen untuk memberikan draf proposal.
Hari ketujuh adalah hari rabu. Hari gemetar. Rasa cemasku
semakin meningkat. Aku membuangnya jauh-jauh untuk lebih fokus merangkai
presentasi. Ah, yang benar saja saat aku kembali membuka draf proposalku
ternyata banyak kesalahan dalam penulisannya. Bahaya. Kecemasanku meningkat
drastis. Aku kembali berkirim rasa pada sahabat-sahabatku. Alhamdulillah, aku
senang mereka memberikan dukungannya dan membuatku menjadi lebih semangat.
Hari Seminar adalah hari kedelapan setelah kabar itu. Pagi
ini kubuka mata dengan rasa cemas yang semakin meningkat. Ah, aku melupakan
sesuatu yang penting. Aku belum meminta doa dan restu bunda, pantas saja
gelisah menyelimuti hati. Akhirnya aku memtuskan menelpon bunda di rumah. Akhirnya
setelah mendapat beberapa nasihat dan motivasi, hatiku benar-benar tenang. Ah,
aku lupa rido dan doa orang tua itu paling utama dalam kehidupan ini. Hanya tinggal
beberapa jam saja aku melakukan seminar proposalku dihadapan peserta, dosen
pembahas dan dosen pembimbing. Tapi hatiku semakin tenang dan memasrahkan
segalanya pada-Nya yang maha mengatur segala sesuatu. akhirnya seminar berjalan
dengan lancar, meskipun banyak revisi.
Terimakasih teruntuk bunda atas doa dan dukungannya,
utuk dosen-desen yang menggetarkan hati dan grup CnG yang kocak banget ngasih
motivasinya dan tak lupa teman-teman yang hadir di seminar, terimaksih banyak
ya…
Tetap semangat untuk tim skripsiku….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar