Assalamualaikum teman-teman.
Semua manusia terlahir sebagai penulis
Pernahkah kalian berpikir? Mengapa harus menulis. Pada
cerita kali ini aku akan menceritakan bagaiamana diriku dan menulis. Menulis
adalah melahirkan pikiran atau perasaan (KBBI, 2016). Sebenarnya setiap manusia
terlahir sebagai penulis, hanya saja ada yang mengaplikasikannya secara terus
menerus dan ada juga yang hanya sekedar mengaplikasikannya sekali dua kali.
Pada dasarnya menulis ada hubungannya dengan membaca.
Kalian ingat? Bagaimana Allah memeritahkan Nabi Muhammad pada wahyu pertamanya,
yaitu “Bacalah”. Allah maha tahu, bahwa dengan manusia membaca maka akan
terlahirlah generasi-generasi hebat calon penulis yang nantinya akan
mengabadikan ilmu.
Mengapa demikian??
Ketika seseorang belajar, hal pertama yang harus
dilakukan adalah membaca ilmu tersebut. Kemudian setelah dibaca maka kita
dituntut untuk memahami. Lalu bagaimana cara kita mengetahui bahwa kita telah
paham dengan ilmu yang kita baca? yaitu dengan menulis. Dengan menulis
maka manusia akan dengan sendirinya mengikat setiap ilmu yang telah
dipahaminya. Karena dengan menulis kita juga akan mudah mengingatnya. Hal ini
juga merupakan alasan mengapa sewaktu di Taman Kanak-kanak kita diwajibkan
untuk bisa menulis.
Pembelajaran saat kecil adalah apa yang sudah
seharusnya ada dalam diri kita hingga saat ini, jika dulunya kita diajarkan
menulis pastilah setiap manusia di dunia ini adalah penulis. Sayangnya beberapa
hanya mengaplikasikan penulisan dalam ilmu-ilmu tertentu dan hanya digunakan
untuk kepentingan pribadi. Padahal sebagai makhluk sosial kita tidak boleh
hanya memikirkan ego kita.
Nah apa bedanya penulis biasa dengan penulis luar
biasa?
Perbedaannya hanya satu, penulis biasa adalah
orang-orang yang hanya menuliskan sesuatu untuk dirinya. Sedangkan penulis luar
biasa adalah penulis yang berani memberikan tulisannya untuk orang lain. Mana
yang kupilih? Tentu aku lebih suka menjadi penulis yang luar biasa. Dengan
menjadi penulis yang luar biasa, maka kita telah membuktikan usaha kita
menjadai manusia yang bermanfaat untuk orang lain.
Bayangkan jika tulisan kita dinikmati oleh orang lain,
apalagi bisa menasihati pembaca secara tak langsung. Alangkah senangnya hidup
kita. Menasihati orang lain bahkan sebelum mengenal secara nyata. Bagaimana
caranya? Yah, tentu dengan menjadi seorang penulis yang luar biasa dengan seabreg
karya yang bermanfaat.
Seberapa besar impianku untuk menjadi penulis luar
biasa?
Sangat besar. Aku hanyalah seorang mahasiswa, sehingga
sangat sulit bagiku memberikan perubahan bagi negeri ini. Apalagi dengan
melihat pengikisan moral di kalangan remaja. Impianku menjadi penulis yang luar
biasa adalah ingin mendekati para remaja melalui karya-karyaku. Jika aku tak
bisa memberikan kebaikan untuk mereka satu per satu dari sabang sampai merauke,
setidaknya aku berharap dengan hasil tulisanku (karyaku) aku bisa membantu
menangkap para remaja agar tidak jatuh dalam lubang pengikisan moral.
Mungkin untuk saat ini aku masih belum bisa
menghasilkan karya yang memukau, tapi aku selalu berproses untuk menggapai
impian itu, impian menjadi penulis yang luar biasa. Agar kelak karyaku bisa
bermanfaat. Terlebih untuk kalangan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Dalam
proses ini aku harus menyiapkan seabreg ilmu yang harus kubaca, sehingga
kelak aku bisa menuliskan dengan bahasa dan gaya cerita yang aku miliki.
Sejak kapan suka nulis?
Sejak bisa nulis angka nol dan huruf alfabet. Sejak kecil
aku coret-coret buku, walau hanya sekedar tulisan dengan font alay anak SD,
atau bahkan imajinasiku dalam membuat sebuah rumah untuk kata-kata. Saat itupun
aku sudah sering menulis surat, judulnya surat masa depan yang kutunjukkan pada
kotak sampah. Iya, karena aku tidak tahu harus menyimpan dimana curhatan itu
akhirnya kubuang di kotak sampah setelah selesai menulis. Lalu SMP aku
mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik bersama penulis dari lampung mulai
belajar membuat cerita pendek.
Kenapa kok berani bermimpi menjadi penulis?
Aku berani karena aku yakin. Aku berani karena aku
sudah membuat rencana. Bayangkan kalau belum ada rencana, pasti aku lebih baik mundur
secara teratur. Daripada bermimpi tanpa ada rasa ingin merealisasikannya.
Semua sebenarnya ada dalam niat yang telah terbungkus
tekad. Niat untuk membuat suatu perubahan melalui karya. Aku harus berani untuk
membuat perubahan kecil. Tapi pastinya diiringi dengan proses yang sangat
panjang. Dan aku siap untuk melalui proses itu, meskipun kata bang tere untuk
jadi penulis hebat butuh waktu 20 tahun dalam belajar, yang mana artinya aku
baru bisa menjadi penulis hebat saat usiaku 42 tahun…
Ah, intinya ingat. Aku berani karena aku percaya pada
diriku bahwa “Aku Mampu, Aku bisa dan Allah akan membantu”.
Wah, tulisannya pada keren2.
BalasHapuswellwh nanti kak wid lagi yang dapat buku,,, tulisan kakak lebih kereen :D
HapusSuka dengan kalimat ini : aku berani karena aku yakin!
BalasHapusSemangat :)
akupun sama kak Nov, suka dengan kalimat itu, biar termotivasi teruus
HapusIh suka. ..
BalasHapus