Siang ini cuaca cerah tidak mendung juga tidak terlalu
panas. Aku sudah lama tidak di asrama aku dirumah menunggu pengumuman
ujian nasional keluar. Hampir 3 minggu aku dirumah, dan hanya dirumah saja,
bukannya mendaftar untuk masuk SMA malah enak-enakan dirumah. Bukannya belajar
untuk persiapan test masuk SMA malah enak-enakan tidur sepanjang hari dirumah,
sudah seperti putri tidur saja. Hari ini pun aku baru mulai keluar rumah sejak
3 mingu lalu. Aku keluar pun karena harus datang ke sekolah untuk melihat
pengumuman ujian nasional itu.pengumuman dilaksanakan tepat pukul 10.00 WIB. Hatiku sedikit gemetar takut ketika
menerima amplop dan ternyata aku tidak lulus. Tapi aku tetap yakin bahwa aku
akan lulus.
"Ara nadia najmah" kepala sekolahku memangilku untuk memberi amplop itu.
Aku langsung berdiri mengambil amplop itu. Tapi amplopnya belum boleh dibuka. Kepala sekolah menyepakati membuka amplopnya harus bersamaan setelah semua mendapatkannya. "Baik, sudah dapat semua amplopnya?" Kepala sekolah bertanya dan berdiri dengan gagahnya , senyumnya manis. Sepertinya dia tersenyum, tapi mengapa dibalik senyumnya itu dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu, apakah yang tengah ada dipikirannya akankah kami ada yang tidak lulus atau beliau sedang ada masalah sekolahan atau rumah tangganya. Aku semakin gemetar ketika kepala sekolah memberi aba-aba hitungan mundur. Aku takut, kaki ku gemetar. Aku coba membuka amplopnya perlahan saat hitungan angka 1. Dan ternyata aku lulus. Aku bahagia sekali. Ketakutanku, gemetarku, hilang seketika entah kemana perginya.
"Ara nadia najmah" kepala sekolahku memangilku untuk memberi amplop itu.
Aku langsung berdiri mengambil amplop itu. Tapi amplopnya belum boleh dibuka. Kepala sekolah menyepakati membuka amplopnya harus bersamaan setelah semua mendapatkannya. "Baik, sudah dapat semua amplopnya?" Kepala sekolah bertanya dan berdiri dengan gagahnya , senyumnya manis. Sepertinya dia tersenyum, tapi mengapa dibalik senyumnya itu dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu, apakah yang tengah ada dipikirannya akankah kami ada yang tidak lulus atau beliau sedang ada masalah sekolahan atau rumah tangganya. Aku semakin gemetar ketika kepala sekolah memberi aba-aba hitungan mundur. Aku takut, kaki ku gemetar. Aku coba membuka amplopnya perlahan saat hitungan angka 1. Dan ternyata aku lulus. Aku bahagia sekali. Ketakutanku, gemetarku, hilang seketika entah kemana perginya.
Tapi dibalik kebahagiaanku itu aku sedih, karena kecewa
temanku ada yang tidak lulus ada 4 orang yang tidak lulus, 1 orang perempuan 3
orang laki-laki. Aku kasihan melihat mereka dan aku coba menenangkan hati
mereka memberi semangat untuk mereka tetap maju.
***
Terik matahari itu mengganggu
pengelihatanku, aku terkejut melihat sesuatu yang mungkin harusnya tidak
terlihat oleh mata ini. Mataku mengarah tepat pada tepi sungai,sungai tanpa
air. Disana ada soerang laki-laki dan perempuan. “hanya berdua?” mata ini
semakin penasaran membuat sebuah pernyataan yang sedikit negative thinking ,
tapi entahlah siapapun itu pasti mereka baik-baik saja dan tidak melakukan hal
buruk. Namun hati tetaplah
hati sebuah ilusi perasaan yang menggebu rasa penasaran itu semakin menggebu,
acap kali aku menanyakan pada diri sendiri “ siapa itu?, seorang wanita anggun
yang mengenakan jilbab ungu dengan hiasan bunga-bunga pink, alangkah cantik
bidadari itu. Namun siapakah gerangan sosok laki-laki yang di depannya?” hati
ini semakin menggebu membuat kesimpulan-kesimpulan yang mungkin benar ataupu
salah “tapi laki-laki itu menggunakan seragam sama sepertiku” aku semakin heran
. dan ternyata benar wanita itu adalah ella, ketika dia mengarahkan
pandanganannya ke langit-langit aku paham dia adalah Ella teman baikku. Dan
pastilah laki-laki itu adalah Ari.
aku sedikit puas dengan semua
kesimpulan-kesimpulan yang ku Tarik dengan pernyataan-pernytaan kosong itu,
ternyata menghasilkan sebuah Kesimpulan yang benar adanya, sedikit senang
melihatnya bahagia , tapi tetaplah aku penasaran dengan apa yang mereka
lakukan, begitulah manusia selalu tidak pernah puas atas apa yang mereka
dapatkan. Aku teringat ketika massa dimana aku dan
Ella menghabiskan waktu liburan di tepi sungai, ketika air sungai terisi penuh
dengan air pada semua aliran yang ada. Konon dulu sungai ini dibuat ketika
penjajahan Belanda. Cukup bermanfaat juga sungai ini . karena kebayakan
masayarakat menggunakan aliran sungai untuk mengairi sawah-sawah mereka.
Alangkah indahnya hidup di pedesaan seperti ini.
Ella bercerita tentang Ari, dulu
Ella pernah punya satu impian yaitu impian yang ke 76 yang bertuliskan
“memberikan hadiah untuk kak ari sebagai kenangan”.
Lamunanku terputus ketika melihat
ari yang sedang turun menuju masjid . mataku secara sirgap mengarah di tempat
ella duduk. Tanpa berpikir panjang kakiku dengan cepat menyambar sepatu dan
cepat menyusul Ella yang masih saja duduk di tepi sungai.
***
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar