Laman

Selasa, 03 Januari 2017

Bola mata senja 3

Bahwa akan ada duka yang mengiris hati, bukan tentang perpisahan,melainkan ini tentang sebuah pertemuan.  Tak ada kebetulan karena tuhan telah menciptakan skenario beserta kejutan yang luar biasa.
Aku melangkahkan kaki, menuju masjid. Tak ada salahnya mengadu pada pencipta saat ada dalam dilema.
"Bukankah ini adalah doamu? Pertemuanmu? Bukankah hal.ini pernah kau minta, lalu apa salahnya ? Atau apa salahku, hingga kami, atau sebut saja aku menjauh darinya" ku tatap kembali bola mata senja dalam cermin.
Tanganku menghapus sisa air wudu, dan mulai melangkah memasuki masjid.
Aku melihat motor berjejer di tempatnya. Namun mataku tiba-tiba terfokus ke arah motor putih milikmu. Aku yakin dan aku hafal. Itu adalah milikmu. 5898 EP. Aku mengenal.
Hatiku bergetar, terlebih saat aku melihat sisi sampingmu. Aku mengenal hidungmu. Itu milikmu. Kau terlihat amat cantik. Aku yakin itu kamu.
Niatku pun berubah seketika setelah melihatmu, setelah sholat. Akan kuajak mengobrol. Setidaknya aku akan memastika kehadiranmu. Dan bahwa aku masih menyukaimu.
***
Aku kembali. Sore ini saat senja datang, bersama dengan waktu sholat magrib. Kakiku melangkah ke arah masjid tempat dulu aku sering mengaji. Akhir-akhir ini bahkan aku tak pernah lagi melihat bola mata senja. Mungkin dia sudah hilang. Enatah kemana. Maka akan kubiarkan dia pergi bebas. Karena syair kita tak pernah berirama. Jalan kita juga tak lagi selaras.
Aku menatapnya, bukan menatap, namun aku seerti berkhayal tentangnya. Aku seperti hafal dengan punggungnya, seperti yang kukenal. Angin senja membantuku mencium aroma parfumnya, dan aku mengenal nya. Dia adalah bola mata senjaku.
Aku harus segera pergi setelah sholat.
Setelah kulipat mukena dengan rapih. Aku langsung menghampiri motor, dan pulang.
Biarkan ini menjadi pertemuan terakhir antara aku dan dia Tuhan. Aku hanya takut berkhianat.
Aku tidak mungkin meninggalkan Raihan, untuk Raj. Maka niarkan aku setia pada satu hati.
Aku kembali dan aku pergi
***
Mataku sibuk mencari, otakku senang sekali mengadu, hatiku terombang ambing, aku gemetar, namun tak ada dia yang kucari. Motor itu juga sudah hilang, sampai mataku nakal mengintip mushola wanita untuk memastikan dia masih disini. Tapi semua sepertinya terlambat, dan ini bukanlah takdirku.
"Raj" aku mengenal suara ini. Dan ini adalah Elya. Pacarku. Ah aku bisa gila mencintai dua wanita dalam satu masa.
Apakah aku ini rakus?
"Raj, sedang apa kau di sini ?" Suaranya kembali membuncah lamunanku.
"Ah... iya . Aku sholat, seperti yang terlihat" sepertinya aku bukan mencintainya.
"Hello Raj, apa yang kau cari, atau siapa yang kau cari?, kau bukan sedang sholat Raj, tapi kau sedang bimbang mencari"
"Ah, mana mungkin, kesini dengan siapa? Ayo kuantar pulang" aku menghentikan kenakalan mataku.
Elya menggandeng tanganku, tanpa menjawab pertanyaanku.
Wanita ini gila. Aku hanya membatin dalam hati.
***
"Aku melihatmu, Raj. Entah siapa yang kau cari, aku harap itu aku. Karena aku masih sembunyi di balik jeruji besi sekeliling masjid. Tapi ah, wanita itu yang datang, maka sepertinya dialah yang kau cari" air mataku tidak menetes, tapi hatiku robek. Dan aku pergi.
Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar