Laman

Selasa, 18 Juli 2017

5 sebab tercipta "Bullying"



Penindasan / Bullying 

Seperti yang kita ketahui di era modern saat ini dimana teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir dipastikan setiap manusia tak bisa hidup tanpa teknologi. Apa hubungannya dengan penindasan yang marak terjadi dilingkungan pendidikan yang merupakan salah satu lingkungan pembentukan karakter siswa.

Jumat, 14 Juli 2017 sekitar puku 13.30 WIB terjadai kejadian mengerikan yang melibatkan siswa-siswi SMP, peristiwa yang disebut sebagai penindasan atau bahasa kerennya pem-bully-an. Siapa si yang ingin di-bully? yah, pastinya tidak ada. tapi terkadang keadaanlah yang membuat kita di-bully.

Sebenarnya di era modern ini penindasan marak sekali terjadi, terkadang niatnya bercanda tapi hasil bercanda itu ada kalanya menyakiti seseorang, sehingga membuat mentalnya menjadi buruk.

Bercerita kebelakang, dulu saat saya duduk dibangku SD bulliying pun pernah saya dapatkan, hanya saja saya adalah orang yang suka ngadu, jadi sekalinya dibully saya langsung lapor ke ayah ataupun kakak syaa yang saat itu menjadi kakak kelas dua tahun diatas saya. Penindasan itu saya dapatkan karena tidak punyanya prinsip yang kuat yang saya miliki, sehingga memudahkan orang lain mengolok bahkan menindas.

Apa sebab teradinya pembullyan?
pertama, Mental anak yang buruk akibat keluarga.  Ada apa dengan mental anak? Terbentuknya mental yang baik tentu saja terjadi karena adanya dukungan, didikan serta keharmonisan keluarga. Untuk itu perlu diperhatikan lagi, bagaimana keluarga mendidik anak-anak. Jika ketiga aspek itu tidak ernah didapatkan anak, maka akibatnya anak akan cenderung memiiki sikap minder atau tidak percaya diri sehingga bisa menjadai korban pembully an teman-temannya.

Kedua, Mental anak yang buruk akibat teknologi. Perkembangan teknologi seharusnya disertai dengan kemajuan bangsa dan sumber daya manusianya. Namun ternyata bagi sebagian negara yang belum sanggup menjalankan kemajuan teknologi akan membahayakan pengguna teknologi: sumber daya manusia. Bagaimana tidak anak yang seharusnya asyik bermain dengan teman satu kompleksnya atau satu desanya, kini lebih memilih diam di rumah lantas membuka gadget dan bermain layaknya anak autis. Sehingga ketika dia berada di luar rumah akan membuatnya takut bertemu teman-temannya yang kemudian teman-temannya akan menindasnya sesuka hati.

Tidak hanya itu, jika dilihat dari berbagai acara televisi yang semakin banak menciptakan adegan pembully an sehingga akan memberikan contoh pada anak-anak.

Ketiga, Mental anak yang rusak akibat protect berlebihan orang tua. Di dunia ini pasti ada orang tua yang memaksa anaknya atas kemauannya, sehingga anak bahkan tidak lagi dapat memilih apa yang ingin dilakukannya, hal ini juga akan berakibat buruk bagi anak, karena tekanan yang diberikan orang tua, sehingga membuatnya menjadi anak yang pendiam lalu dia akan dengan mudah ditindas teman yang lainnya.

Keempat, Hilangnya perhatian orang tua. Perhatian yang tentunya dinantikan anak harus didapatkannya dalam rentang usia yang pas. Sehingga anak akan lebih terbuka dan percaya pada orang tuanya, so dengan begitu anak akan dengan siap menceritakan kisah apapun yang dilaluinya di sekolah. Bayangkan jika perhatian ini hilang, maka dapat dipastikan anak akan mencari perhatian pada orang lain, yang itu bisa berupa suatu tindakan yang tidak diharapkan kepada temannya yang dirasa lebih lemah darinya.

Kelima, pendidikan bukan lagi menjadi sarana mendidik, tapi hanya mengajar. Seperti yang saya lihat disekitar lampung, meskipun tidak semuanya tentu. Guru era modern kebanyakan hanya mementingkan bagaimana mereka bisa mendapatkan gaji dengan hanya kerja tanpa lelah. Sehingga guru yang tadinya di amanahkan menjadi seorang pendidik, kini telah berubah menjadi seorang pengajar. Hanya mengajar mata pelajaran tidak sampai mendidik muridnya. Sehingga perhatian yang seharusnya bisa di dapatkan anak di sekolah kini telah musnah. So, harapan yang sebelumnya muncul jika orang tua sibuk dan tak sempat, sekarang tak seorang pun bisa mendidik anaknya, sehingga terkadang muncullah para pembuly kelas kakap.

Miris saja melihat anak SMP dengan beraninya melakukan tindakan pembully an dengan temannya, padahal usianya masih tergolong sangat kecil. Ini akibat hilangnya perhatian orang tua pastinya, sehingga para pembully dengan agung melaksanakan pembullyan terhadap temannya yang pastinya memiliki mental yang sangat ciut.

Lebih menyayangkan lagi peristiwa pembullyan yang terjadi pada mahasiswa gunadharma, ini lebih aneh lagi. Seorang mahasiswa yang seharusnya bahkan presiden pun takut jika di demo, lah malah membully temannya yang lemah.

Tugas kita sebagai seorang yang masih diberi hati yang dilindungi Allah, maka kita harus melindungi para korban bullying bayangkan jika kita ataupun anak kita bisa menghapus peristiwa bullying ini alangkah indahnya kebersamaan yang akan kita dapatkan dan tidak ada lagi orang-orang yang frustasi akibat bullying.

#TantanganNonFiksi1
#TantanganODOP

3 komentar:

  1. Ternyata jadi orang tua itu gampang-gampang susah yaaa..
    Ga boleh over protektif, dan jangan terlalu membiarkan. Hmmm

    BalasHapus
  2. Ngeri yak kasus bullying itu -_-

    BalasHapus