Penindasan / Bullying
Seperti yang
kita ketahui di era modern saat ini dimana teknologi memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia. Hampir dipastikan setiap manusia tak bisa hidup tanpa
teknologi. Apa hubungannya dengan penindasan yang marak terjadi dilingkungan
pendidikan yang merupakan salah satu lingkungan pembentukan karakter siswa.
Jumat, 14
Juli 2017 sekitar puku 13.30 WIB terjadai kejadian mengerikan yang melibatkan
siswa-siswi SMP, peristiwa yang disebut sebagai penindasan atau bahasa kerennya
pem-bully-an. Siapa si yang ingin di-bully? yah, pastinya tidak
ada. tapi terkadang keadaanlah yang membuat kita di-bully.
Sebenarnya di
era modern ini penindasan marak sekali terjadi, terkadang niatnya bercanda tapi
hasil bercanda itu ada kalanya menyakiti seseorang, sehingga membuat mentalnya
menjadi buruk.
Bercerita kebelakang,
dulu saat saya duduk dibangku SD bulliying pun pernah saya dapatkan,
hanya saja saya adalah orang yang suka ngadu, jadi sekalinya dibully saya
langsung lapor ke ayah ataupun kakak syaa yang saat itu menjadi kakak kelas dua
tahun diatas saya. Penindasan itu saya dapatkan karena tidak punyanya prinsip
yang kuat yang saya miliki, sehingga memudahkan orang lain mengolok bahkan
menindas.
Apa sebab
teradinya pembullyan?
pertama, Mental anak yang buruk akibat keluarga. Ada apa dengan mental anak? Terbentuknya mental yang baik tentu saja terjadi karena adanya dukungan, didikan serta keharmonisan keluarga. Untuk itu perlu diperhatikan lagi, bagaimana keluarga mendidik anak-anak. Jika ketiga aspek itu tidak ernah didapatkan anak, maka akibatnya anak akan cenderung memiiki sikap minder atau tidak percaya diri sehingga bisa menjadai korban pembully an teman-temannya.
pertama, Mental anak yang buruk akibat keluarga. Ada apa dengan mental anak? Terbentuknya mental yang baik tentu saja terjadi karena adanya dukungan, didikan serta keharmonisan keluarga. Untuk itu perlu diperhatikan lagi, bagaimana keluarga mendidik anak-anak. Jika ketiga aspek itu tidak ernah didapatkan anak, maka akibatnya anak akan cenderung memiiki sikap minder atau tidak percaya diri sehingga bisa menjadai korban pembully an teman-temannya.
Kedua, Mental
anak yang buruk akibat teknologi. Perkembangan teknologi seharusnya
disertai dengan kemajuan bangsa dan sumber daya manusianya. Namun ternyata bagi
sebagian negara yang belum sanggup menjalankan kemajuan teknologi akan
membahayakan pengguna teknologi: sumber daya manusia. Bagaimana tidak anak yang
seharusnya asyik bermain dengan teman satu kompleksnya atau satu desanya, kini lebih
memilih diam di rumah lantas membuka gadget dan bermain layaknya anak autis. Sehingga
ketika dia berada di luar rumah akan membuatnya takut bertemu teman-temannya
yang kemudian teman-temannya akan menindasnya sesuka hati.
Tidak hanya
itu, jika dilihat dari berbagai acara televisi yang semakin banak menciptakan
adegan pembully an sehingga akan memberikan contoh pada anak-anak.
Ketiga, Mental
anak yang rusak akibat protect berlebihan orang tua. Di dunia ini pasti ada
orang tua yang memaksa anaknya atas kemauannya, sehingga anak bahkan tidak lagi
dapat memilih apa yang ingin dilakukannya, hal ini juga akan berakibat buruk
bagi anak, karena tekanan yang diberikan orang tua, sehingga membuatnya menjadi
anak yang pendiam lalu dia akan dengan mudah ditindas teman yang lainnya.
Keempat, Hilangnya
perhatian orang tua. Perhatian yang tentunya dinantikan anak harus
didapatkannya dalam rentang usia yang pas. Sehingga anak akan lebih terbuka dan
percaya pada orang tuanya, so dengan begitu anak akan dengan siap menceritakan
kisah apapun yang dilaluinya di sekolah. Bayangkan jika perhatian ini hilang,
maka dapat dipastikan anak akan mencari perhatian pada orang lain, yang itu
bisa berupa suatu tindakan yang tidak diharapkan kepada temannya yang dirasa
lebih lemah darinya.
Kelima, pendidikan
bukan lagi menjadi sarana mendidik, tapi hanya mengajar. Seperti yang saya
lihat disekitar lampung, meskipun tidak semuanya tentu. Guru era modern
kebanyakan hanya mementingkan bagaimana mereka bisa mendapatkan gaji dengan
hanya kerja tanpa lelah. Sehingga guru yang tadinya di amanahkan menjadi
seorang pendidik, kini telah berubah menjadi seorang pengajar. Hanya mengajar mata
pelajaran tidak sampai mendidik muridnya. Sehingga perhatian yang seharusnya
bisa di dapatkan anak di sekolah kini telah musnah. So, harapan yang sebelumnya
muncul jika orang tua sibuk dan tak sempat, sekarang tak seorang pun bisa
mendidik anaknya, sehingga terkadang muncullah para pembuly kelas kakap.
Miris saja
melihat anak SMP dengan beraninya melakukan tindakan pembully an dengan
temannya, padahal usianya masih tergolong sangat kecil. Ini akibat hilangnya
perhatian orang tua pastinya, sehingga para pembully dengan agung melaksanakan
pembullyan terhadap temannya yang pastinya memiliki mental yang sangat ciut.
Lebih menyayangkan
lagi peristiwa pembullyan yang terjadi pada mahasiswa gunadharma, ini lebih
aneh lagi. Seorang mahasiswa yang seharusnya bahkan presiden pun takut jika di
demo, lah malah membully temannya yang lemah.
Tugas kita
sebagai seorang yang masih diberi hati yang dilindungi Allah, maka kita harus
melindungi para korban bullying bayangkan jika kita ataupun anak kita
bisa menghapus peristiwa bullying ini alangkah indahnya kebersamaan yang
akan kita dapatkan dan tidak ada lagi orang-orang yang frustasi akibat bullying.
#TantanganNonFiksi1
#TantanganODOP
Ternyata jadi orang tua itu gampang-gampang susah yaaa..
BalasHapusGa boleh over protektif, dan jangan terlalu membiarkan. Hmmm
Ngeri yak kasus bullying itu -_-
BalasHapusSelalu miris
BalasHapus