Laman

Senin, 27 Februari 2017

Urban Legend Penantian

Ini adalah hutang bulan januari kalau tidak salah, eh atau malah bulan februari ya, saya juga lupa. Tantangannya membuat urban legend. Sejujurnya saya belum begitu paham bagaimana cerita atau tulisan berisi urban legend. Kalau di KBBI saya mencari kata “Urban” artinya adalah kota. 

Sedangkan saya gabung dengan “Legend” yang artinya legenda, jadi saya menyimpulkan bahwa urban legend adalah legenda suatu kota. Hehe. Tapi sewaktu saya membaca di internet tentang kisah Urban Legend, nah yang keluar malah tentang misteri. Ada misteri jempol berambut, pita kuning dan lain sebaginya. Izinkan saya untuk menceritakan urban legend versi saya ya…

Alkisah, di sebuah bukit didaerah Lampung, tepatnya di Kabupaten Tanggamus. Di sana banyak sekali ditanami kopi dan lada. Masyarakat yang berasal dari berbagai daerah tanggamus ada yang menanami kebunnya dengan lada dan kopi tepatnya di daerah ulu belu salah satu kecamatan di Tanggamus. Ulu belu terkenal dengan suhunya yang dingin, meskipun tidak sedingin puncak mount everest. Setiap pagi saat mentari mulai muncul perlahan dari balik gunung ulu belu, telah berjalan rombongan yang hendak pergi ke kebun. Sekedar melihat bagaimana kondisi kebunnya atau bahkan ada yang memanen hasil kebunnya. Di bawah gunung ulu belu, terbentang luas bendungan, yang sampai sekarang di sebut dengan bendungan batu tegi. Yang konon katanya ada arwah yang bergentayangan yaitu adalah korban tragedi batu tegi. 

Peduli apa dengan jenis kelamin, seluruh masyarakat yang punya kebun di ulu belu tidak memandang itu, siapa saja berhak memanjat lada saat panen atau membvantu memetik kopi saat sudah masak. Tapi jarak antara ulu belu dengan rumah warga sangatlah jauh. Setiap panen, tidak mungkin membawa seluruh hasil panennya langsung ke rumah masing-masing. Karena kopi dan lada butuh tempat untuk di jemur terlebih dahulu. Akhirnya ada hamparan luas hutan yang selalu mereka lalui sebelum mencapai Ulu belu, bisa di katakan bahwa hutan ini adalah pertengahan yang cukup untuk peristirahatan mereka dari gunung. Atau bisa juga digunakan sebagai lahan tempat pengumpulan hasil panen, karena tidak ada mobil yang mampu memasuki daerah ulu belu pada saat itu. Sedangkan para wanita kini hanya tinggal menunggui hasil panennya di kampung tersebut. Menanti datangnya hasil panen yang lain, dan menanti kedatangan suami atau keluarganya dari kebun di pegunungan ulu belu. Jadilah para warga berbondong-bondong meletakkan hasil panen di kampung tersebut, yang kemudian jika hasil panen seluruhnya sudah terangkut dan terkumpul jadi satu, maka mobil truk atau yang sejenisnya, bisa dengan mudah mengangkut seluruh hasil panen ke rumah masing-masing. Sampai saat ini kampung ini di sebut dengan kampung Penantian. 

Itulah asal usul kisah nama Pekon Penantian, Kabupaten Tanggamus.

#UrbanLegend
#ODOP
#Tantangan_UrbanLegend
#Onedayonepost

1 komentar: