Laman

Jumat, 11 November 2016

Satu Masa Dua

"Ada yang ingin aku tanyakan tentang perasaan ini,  jika iya maka jawablah jika tidak maka jawablah,  aku benar-benar membutuhkan jawaban itu" dia hanya terpaku.  Bibirnya bungkam matanya terus mengalirkan air,  hatinya sungguh pilu. Untuk memilih dua orang yang sama-sama dicintainya.
Lelaki dihadapannya,  bukan tidak ingin atau pun berharap,  dia hanya ingin kepastian.  Agar bisa melanjutkan kehidupannya.
Mereka membiarkan teh Melati dihadapan mereka dingin.  Sesekali lyra memandang kearah jalanan dan masih tetap menitikan air mata.  Sedangkan riko hanya tertunduk dengan matanya yang semakin merah.  Kursi di pojok kafe ini sempurna. Hanya ada kesunyian dan aliran air mata disana.
"Bagaimana bisa kamu mencintai dua orang dalam satu masa? " tangan riko mulai menyentuh dagu lyra mengarahkannya kehadapan wajahnya yang kelu dan penuh dengan kekecewaan. Berharap lyra akan memilihnya tanpa mempertimbangkan apapun. Namun lyra tetap membisu dengan air matanya yang semakin deras dan membuat riko menyerah untuk memegang dagunya.
"Jika aku bisa memilih,  maka akan kupilih untuk tidak menyukai siapapun.  Sejatinya aku tidak pernah ingin menyukaimu ataupun dia.  Tapi kenyataannya berbeda kamu hadir saat dia pergi,  lalu aku masih mencintainya,  dan kesalahannya ada pada takdir pertemuan kita" lyra mulai mencari pembelaan.  Tangan kanannya meraih tisu diatas meja.  Takdir pertemuan mereka yang begitu terlambat.  Berpisah atau menyakiti, keduanya sama-sama akan dirasakan karena pada akhirnya hati akan memilih dan dipilih oleh orang dan waktu yang tepat.
"Biarkan Tuhan yang menggenggam tanganku.  Maka lupakan aku dan bersihkan hatimu.  Akupun sama" Bekas hujan di kota Malang menjadi saksi bisu tertundanya pertemuan mereka.  Jalanan masih basah.  Gerimis pun masih berjatuhan.  Tapi bagi hati yang hancur,  maka badaipun tak akan dirasa.  Lyra memutuskan untuk pulang dan pergi menjauh dari riko.  Bukan hanya riko.  Lyra juga tak ingin lagi bertemu faiz.  Dia hanya ingin menetralkan perasaannya.
Hingga nantinya akan ada masa dan rasa untuk orang yang tepat. lyra berlari,  kakinya memecah ketenangan air dijalanan.  Bajunya kuyup,  air matanya masih mengalir,  dadanya sesak.  Hingga akhirnya direbahkannya tubuh kecil diatas bangku di tengah Taman kota.  Sepi.  Kedua tangannya menutupi wajahnya,  air matanya tetap saja mengalir,  isakannya semakin keras. Beberapa kali lyra mengusap ingus yang keluar di hidungnya.  Sekarang terlihat kakinya mulai dilipat dan dipeluk oleh tangannya sendiri erat-erat. 
***
"Ini kesalahanku, bukan aku tak tahu diri,  tapi semua ini murni dari-NYA.  Benar yang salah bukanlah kamu,  atau dia.  Bukan salah takdir juga.  Tapi ini adalah kesalahanku,  karena aku yang tak bisa menjaga hatiku untuk orang yang tepat hingga waktu yang tepat.  Maafkan aku atas kejadian ini,  semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua" lyra mengetik pesan singkat untuk riko dan faiz.  Dikirimnya dengan segera.  Dan ia kembali dalam goa bantal yang dibuatnya sendiri. 

#tantanganodop
#odop
#deskripsi
#perasaan
#semangat
Bandarlampung,  11 November 2016

5 komentar:

  1. Araaaa.... Kalo nama orang huruf kapital ya, semangaat 👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduuh iya kak karhieen ,,, maafkeun,, itu tulisan dibuat di memo hp dan langsung pos
      akan segera diperbaiki kakak ..

      terimakasih yak kak risannya

      Hapus
  2. Tapi jika kita kembalikan ke hati nurani, pasti cintanya beda.

    BalasHapus