Laman

Jumat, 25 November 2016

Bukan perayaan


Disana aku melihat Bulan sabit
Dia Indah saat terbit
Tepat di malam aku menjerit
Membuat wajahku seperti parit
Saat mata masih merabun
Hingga akhirnya kutatap jelas keindahan
Semua pernah dilewati jalanan
Ini seperti sebuah buana
Mataku melukis setiap langkah
Tanganku mengukir sejarah
Sedang hatiku,  mulai menjarah
Setiap atensi saudara sedarah
Dulu kulihat Bulan sabit di bibirnya
Ia merekah indah
Kini masih kulihat dia di sana
Namun senyumku yang tak lagi merekah
Pada perayaan yang tercipta
Disana ada angka dan cahaya
Terbesit luka yang mulai menganga
Perih kurasa
Ada perayaan yang berhak kucipta
Pada sebuah mimpi yang menjadi nyata
Aku mulai terjaga
Menikmati setiap gelora
Pernah aku menanti,
Perayaan indah dengan sejuta sabit
Namun kegelapan yang hadir
Setiap wajah mencipta parit
Ada tubuh kaku terdiam
Matanya terpejam
Namun sabit terbit
Indah
Lagi..
Perayaan ini untukmu;  ayah
Hanya untukmu
Sedang bagiku
Ini adalah kegelapan
Kucipta jutaan hujan di wajahmu
Biar kau mengerti
Bahwa ini bukan perayaan
Bandarlampung, 25 November 2016

2 komentar: